Email

# Email Redaksi : parahyanganpost@yahoo.co.id, parahyanganpostv@gmail.com - Hotline : +62 852 1708 4656, +62 877 7616 1166

Sabtu, 05 November 2011

Persaingan Bisnis Telekomunikasi Makin Sengit Terjadi Perang Spektrum Axis dengan Telkomsel


JAKARTA (PP) – Persaingan bisnis spectrum telekomunikasi di Indonesia kini makin sengit. Pasca perang tarif, kini muncul perang spectrum 3G/2.1 GHz, antara operator Axis dengan Telkomsel.

Direktur Ciitrus (Center For Indonesia Telekomunication Regulation Study), Dr.Ir.Asmiati Rasyid menengarai dibalik perang spectrum itu terindikasi kuat ada multi kepentingn industry players (vendor, investor dan operator asing) untuk menguasai industry layanan broadband wireless di Indonesia.

“Pihak asing berusaha kuasai spectrum melalui operator-operator yang mayoritas di kuasasi asing,” tegasnya, dalam seminar Penyelesaian kasus Axix vs Telkomsel di Jakarta Media Center/JMC (03/11).

Dosen STT Telkom Bandung ini lebih jauh menegaskan,akibat tidak adanya arah kebijakan persaingan yang jelas, khususnya tidak adanya strategi kebijakan pengalokasian spectrum, 75% spectrum 3G di band 2.1 GHz sudah dikuasai asing. “Sungguh menyeedihkan,”ujarnya.

Untuk mengurangi kerugian Negara, blok 2 dan 6 secepatnya dialokasikan kepada operator yang benar-benar membutuhkan melalui proses evaluasi. Untuk itu disarankan perlu dilakukan audit spektruum segera yang hasilnya dijadikan dasar untuk menentukan siapa yang berhak dan diperioritaskan untuk mendapat spectrum tambahan.

Diingatkannya, untuk mencapai tujuan liberalisasi sector strategis ini dari segala bentuk rongrongan asing, pemerintah harus punya strategi kebijakan persaingan. Alokasi spectrum harus diperioritaskan kepada flag carier yang mengemban kepentingan nasional dan terjaganya kepentingan public.

Hal sama, disampaikan Prof.M.Hawin, SH,LLM dari UGM, menurutya, kebijakan pengalokasian spectrum harus berorientasi kepentingan nasional. Dalam konteks ini Telkomsel yang 65% sahamnya dimiliki Telkom Indonesia layak diperioritaskan, untuk tambah spectrum.

Sementara itu, Dr.Any Anjrwati, SH, dosen hokum Agraria UGM, menekankan perlunya Indonesia mempunyai peta spectrum. Saat ini,lanjutnya Indonesia belum punya peta spectrum dan spectrum dibagi tanpa tender. (Ratman/Taufik HE)