Email

# Email Redaksi : parahyanganpost@yahoo.co.id, parahyanganpostv@gmail.com - Hotline : +62 852 1708 4656, +62 877 7616 1166

Senin, 28 Januari 2013

Batik Merupakan Warisan Budaya Indonesia Yang Sudah di Akui Dunia



Batik merupakan warisan budaya Indonesia yang telah diakui keberadaannya baik di dalam negeri maupun dunia internasional. Per definisi, batik adalah “kain dengan ragam hias (motif dan warna tertentu) yang merupakan ekspresi budaya yang memiliki makna simbolis yang diyakini oleh masyarakatnya, dan dihasilkan dari sumber daya insani dengan keterampilan tertentu dengan menggunakan alat canting dan atau cap untuk menorehkan cairan malam panas sebagai perintang warna.”
Keberadaan budaya batik Indonesia telah diakui tidak saja di dalam negeri Indonesia, melainkan juga di luar negeri. UNESCO, misalnya, telah mencantumkan batik Indonesia ke dalam daftar Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Tak Benda (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) pada 2 Oktober 2009. Pengakuan terhadap keberadaan budaya batik tersebut di atas perlu diikuti dengan upaya pelestarian dan pengembangannya. Seluruh pemangku kepentingan di Indonesia maupun luar negeri perlu diajak untuk bekerjasama, sesuai potensi dan kemampuan masing-masing, untuk melestarikan dan mengembangkan batik Indonesia.
Proses pelestarian dan pengembangan batik sebagai bagian budaya pakaian nasional Indonesia perlu memperhatikan dua aspek penting. Di satu sisi, batik harus dipertahankan sebagai warisan budaya nenek moyang Indonesia. Di sisi lain, batik perlu didayagunakan sebagai medium penggerak ekonomi yang berpusat kepada rakyat dan komunitas. Kedua aspek penting tersebut merupakan prasyarat penting yang harus diperhatikan guna mensukseskan pelestarian dan pengembangan batik Indonesia.

Namun demikian, praktek pelestarian dan pengembangan batik Indonesia tersebut di atas tentu tidak mudah dilaksanakan. Hal ini terjadi akibat kompleksitas hubungan antar pemangku kepentingan dalam proses teknis produksi, desain kreatif serta ekonomi batik. Sebuah pemahaman yang lebih komprehensif terkait strategi dan teknik optimal untuk pelestarian dan pengembangan batik perlu diperoleh dalam konteks keragaman budaya dan sosial ekonomi masyarakat di berbagai wilayah di Indonesia.
Guna mencari model optimal guna pelestarian dan pengembangan ekonomi kreatif batik, baik di bidang kebijakan maupun terapan operasional, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) telah berinisiatif untuk meluncurkan program Pengembangan Sentra Kreatif Batik (SKB). Selanjutnya, proyek percontohan SKB telah ditetapkan pelaksanaannya di 5 (lima) daerah yang memiliki karakteristik berbeda dalam hal sejarah perkembangan budaya batik maupun tingkat perkembangan ekonomi kreatif batik yaitu kabupaten Pacitan (propinsi Jawa Timur), kabupaten Batang (propinsi Jawa Tengah), kabupaten Magelang (propinsi Jawa Tengah), kabupaten Toraja Utara (propinsi Sulawesi Selatan) dan kabupaten Manggarai Barat (propinsi Nusa Tenggara Timur).
Studi pemetaan wilayah telah mulai dilaksanakan sejak pertengahan bulan Oktober 2012 di lima daerah percontohan tersebut di atas. Selanjutnya direncanakan pelatihan dasar membatik, pewarnaan alam dan sintetis, desain kreatif, pengembangan produk jadi, menejemen usaha, menejemen klaster/ sentra batik serta pemberdayaan kapasitas di bidang-bidang relevan lainnya di daerah-daerah tersebut.
Kabupaten Manggarai Barat dengan Labuan Bajo sebagai ibu kota kabupaten telah dipilih sebagai salah satu daerah percontohan SKB berdasarkan 3 (tiga) pertimbangan sebagai berikut:
1. Merupakan daerah destinasi pariwisata yang sangat potensial berupa kepulauan Komodo (tempat habibat asli komodo, salah satu dari tujuh keajaiban alam di dunia, serta daerah wisata bawah laut yang sangat indah dengan keragaman hayati sangat tinggi), kota pelabuhan Labuan Bajo, alam pegunungan yang indah serta aneka ekspresi seni budaya yang sangat menarik (tari Caci, tenun Manggarai, topi rea, dan sebagainya). Wisatawan dalam negeri maupun luar negeri telah menetapkan Manggarai Barat sebagai salah satu daerah kunjungan yang sangat menarik. Bahkan, nuansa internasional Manggarai Barat, khususnya Labuan Bajo, akan terasa dengan keberadaan orang-orang asing yang bertempat tinggal, menikah dengan penduduk setempat serta memiliki usaha patungan di bidang perhotelan, biro perjalanan dan restoran.
2. Menjadi tempat tinggal dari masyarat yang sangat heterogen, baik dari sisi identitas kesukuan, agama dan jenis pekerjaan yang ditekuni. Wilayah timur Manggarai Barat dihuni oleh masyarakat suku Manggarai yang umumnya beragama Katolik. Wilayah barat Manggarai Barat, yaitu kepulauan Komodo, dihuni oleh masyarakat multikultur yang didominasi oleh suku Bajo dan Bugis yang beragama Islam. Wilayah tengah Manggarai Barat adalah kota Labuan Bajo dan sekitarnya merupakan daerah yang dihuni oleh masyarakat multikultur sebagai perpaduan penduduk wilayah timur dan barat Manggarai Barat.
3. Memiliki keragaman budaya pakaian tradisional. Penduduk suku Manggarai memiliki rupa kain tenun Manggarai yang dipadukan dengan ikat kepala batik Jawa. Kain tenun Manggarai dihasilkan di berbagai desa yang tersebar di kabupaten Manggarai Barat (terutama di kecamatan Lembor), Manggarai (terutama di kecamatan Todo) dan Manggarai Timur (terutama di kecamatan Cibal). Sementara itu, penduduk non suku Manggarai belum memiliki budaya produksi pakaian tradisional secara mandiri. Mereka mendatangkan kain sarung dan bahan pakaian tradisional lainnya dari pulau Sumbawa, Sulawesi Selatan dan atau pulau Jawa. Keragaman budaya pakaian tradisional di kabupaten Manggarai Barat tersebut berpotensi menghasilkan data penting untuk eksplorasi model penumbuhan SKB berupa respon beragam terhadap sebuah inisiatif untuk introduksi sebuah budaya dan teknik ‘asing’ berupa kain batik.
Buku panduan singkat berikut berisi informasi relevan yang dibutuhkan untuk mendukung kunjungan tim Kemenparekraf dalam rangka pelaksanaan Pelatihan Dasar Budaya dan Teknik Batik tersebut di atas. Informasi yang disajikan dalam buku panduan berupa data wilayah, strategi pengembangan SKB, peserta kunjungan, jadwal kunjungan tim dan deskripsi rinci tentang Pelatihan Dasar Budaya dan Teknik Batik.
Semoga kunjungan tim Kemenparekraf ke kabupaten Manggarai Barat dapat memberikan manfaat terbesar dalam meletakkan dasar pengembangan sentra kreatif, termasuk sentra kreatif batik, baik di kabupaten Manggarai Barat maupun daerah-daerah lain di Indonesia. Aneka masukan, kritik dan pertimbangan sangat diharapkan purna kunjungan tersebut di atas guna penyempurnaan kerangka kerja program pengembangan SKB di Indonesia.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih atas dukungan semua pihak yang telah berupaya keras untuk mensukseskan penyelenggaraan Pelatihan Dasar Budaya dan Teknik Batik di kabupaten Manggarai Barat, khususnya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai Barat dan para relawan komunitas peduli Manggarai Barat terutama Pater Marcel Agot, SVD dan bapak Stefanus Rafael di Labuan Bajo. Kami selaku tim pelaksana Pelatihan Dasar Budaya dan Teknik Batik mohon maaf sebesar-besarnya untuk segala kekurangan yang terkait kunjungan kerja ini.

Selamat menikmati keindahan alam dan keramahtamahan masyarakat kabupaten Manggarai Barat. Selamat mengikuti proses Pelatihan Dasar Budaya dan Teknik Batik di kabupaten Manggarai Barat. (*)

Sumber : berbagai sumber
Foto : ist