JAKARTA, PP
- Beberapa kaum muda yang tetap istiqomah dan memiliki kepedulian terhadap
Partai Ummat Islam (PUI), Jumat (18/05) di bilangan Tanah Abang, Jakarta,
bersepakat untuk terus melanjutkan keberadaan Partai Ummat Islam (PUI) sebagai
wadah perjuangannya.
Sebagaimana misi dan visinya, bahwa partai ini
tetap mengedepankan nilai-nilai Islam sebagai landasan perjuangannya,untuk
terwujudnya Islam sebagai Rahmatan Lil’alamin dimuka bumi. Menurut Adnan Alham,
salah satu pengurus DPP PUI mengatakan, bahwa Partai Ummat Islam (PUI) yang di
deklarasikan pada tanggal 26 Juni 1998 di Masjid Al Azhar Jakarta yang
dipelopori oleh almarhum Prof.DR Deliar Noer, sebagai partai yang pertama kali
mengusung asas Islam dalam AD/ART-nya, di era reformasi.
Artinya, lanjut Adnan, sejak awal para pendiri
partai ini telah memiliki komitmen dan tidak ragu sedikitpun bahwa nilai-nilai
Islam sebagai landasan perjuangannya. “Orientasi kami jelas, bahwa partai
sebagai wadah perjuangan, bukan semata-mata untuk mencari kekuasaan
belaka,”tegas Adnan
Oleh karena itu, ditengah keterpurukan perolehan
suara dari partai-partai Islam yang ada di Indonesia selama ini, kami mencoba
merevitalisasi kembali keberadaan Partai Ummat Islam ini, sebagai sebuah wadah
perjuangan berlandaskan nilai-nilai Islam yang sebenar-benarnya.
Dalam forum
tersebut disepakati, Farouk Albdullah Alwyni mendapat amanah sebagai President
Partai Ummat Islam (PUI). Keberadaan Farouk sendiri dikalangan Partai Ummat
Islam sudah tidak asing lagi, karena sejak awal berdirinya, telah menjabat
sebagai Ketua Hubungan Luar Negeri. Aktivitas dan relasinya yang luas
dikalangan internasional, ditambah komitmennya dalam memegang prinsip Islam,
diharapkan mampu membawa partai ini sebagai Partai Islam yang berpengaruh
dimasa depan.
Disela-sela sambutannya, Farouk mengatakan, bahwa
perlunya kita semua merivitalisasi kembali keberadaan Partai Ummat Islam, untuk
melanjutkan perjuangan para pendiri partai sebagai wadah pergerakan dan
perjuangan sesuai dengan prinsip dan nilai-nilai Islami.
Debelahan dunia manapun, lanjut Farouk mengusung
nilai-nilai ideologi dalam berorganisasi sebagai sebuah realita. Begitu juga
dalam berpolitik, sebagai muslim, tentunya tida ada salahnya ketika kita
mengusung idelogi Islam sebagai landasan perjuangannya. “Umat merindukan sebuah
Partai Islam yang benar-benar memperjuangkan nilai-nilai Islami dan
keberadaannya hadir ditengah-tengah umat, kapanpun ketika umat membutuhkannya,”jelas
Farouk.
Disis lain,
Farouk juga menegaskan bahwa pergolakan di kawasan Timur Tengah saat ini,
menjadi inspirasi untuk bangkitnya Partai Islam melalui gerakan politik Islam
yang di perjuangkannya, diberbagai negara kawasan lainnya, termasuk di
Indonesia.
Sebagaimana diketahui bahwa Partai Ummat Islam
(PUI) dideklarasikan di Masjid Al Zahar pada tanggal 26 Juni 1998 oleh sejumlah
tokoh-tokoh Islam yang dipelopori oleh Prof.DR Dielar Noer (alm). Dalam pemilu
tahun 1999 Partai Ummat Islam menjadi salah satu konstestan pemilu dari 48
partai yang ada. UU Pemilu pada saat itu, yang mengatur adanya ambang batas
untuk partai-partai politik agar dapat mengikuti pemilu berikutnya (electoral threshold), menjadi kenyataan
pahit bagi Partai Ummat Islam (PUI) tidak bisa ikut pemilu pada tahun 2004.
UU yang mengatur sebuah partai sebagai badan hukum,
tidak serta merta bubar hanya karena tidak bisa ikut dalam pemilu. Atas dasar
itulah, kalangan muda yang mmeiliki komitmen terhadap Partai Umat Islam,
mencoba merevitalisasi kembali keberadaan partai ini sebagai wadah
perjuangannya. (ratman/pp)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar