Email

# Email Redaksi : parahyanganpost@yahoo.co.id, parahyanganpostv@gmail.com - Hotline : +62 852 1708 4656, +62 877 7616 1166

Selasa, 10 Juli 2012

Menjelang Pilkada DKI, Gejala Ketidakberimbangan Media Makin Terlihat


JAKARTA (PP) - Masih banyak media yang menunjukkan gejala ketidakberimbangan dalam meliput Pilkada DKI. Ini merupakan hasil temuan riset AJI Jakarta mengenai “Independensi Media dalam Peliputan Pemilukada DKI Jakarta 2012”, terhadap 1.322 berita selama periode kedua riset yang berlangsung pada 16 Juni-30 Juni 2012.

Riset ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan analisis isi sederhana dengan sample 16 media. Ke-16 media itu meliputi 4 media online (Detik.com, Kompas.com, Vivanews, dan Okezone), 4 media cetak nasional (Kompas, Koran Tempo, Republika, dan Suara Pembaruan), 4 media cetak local (Pos Kota, Warta Kota, Indopos, dan Koran Jakarta), dan 4 televisi (RCTI, MetroTV, TVOne dan JakTV).

Hasil riset periode dua ini mengungkapkan penulisan berita satu sisi menjelang Pilkada DKI meningkat dibandingkan periode pertama. Kali ini pemberitaan yang satu sisi berjumlah 995 berita (75,2%), dibandingkan dengan pemberitaan dua sisi sejumlah 189 berita (14,3%), sedang yang lebih dari dua sisi hanya ada 116 berita (8,7%).

Pada periode sebelumnya, dari 675 berita yang diteliti, terdapat 479 berita satu sisi (71%), 150 berita dengan dua sisi pemberitaan (22,2%), dan 45 berita lebih dari dua sisi (6,7%).

Kontribusi paling besar terhadap pemberitaan satu sisi datang dari media online yang totalnya berjumlah 794 berita (60%), diikuti oleh media lokal 142 berita (10,7%), lalu media nasional 33 berita (2,4%), serta 26 berita di televisi nasional (2%).

Dalam masalah keberimbangan berita, ternyata hanya 235 berita (17,8%) yang seimbang, sementara berita yang tidak seimbang jumlahnya mencapai 531 berita (40,1%). Jumlah berita yang tidak seimbang ini meningkat dibandingkan periode sebelumnya yang mencatat 235 berita (34,8%) tidak berimbang, dan 160 berita berimbang (23,7%).

Hasil riset menunjukkan kecenderungan sejumlah media dalam meliput kandidat tertentu. Misalnya saja dalam memberitakan kandidat secara tunggal, tanpa kandidat lainnya. Kandidat Fauzi Bowo mencatat jumlah pemberitaan tunggal yang paling besar (186 berita – 14,06%) diikuti dengan Jokowi (154 berita – 11,65%), kemudian Alex Noerdin (133 berita – 10,06%).

Hasil ini berbeda dibandingkan periode sebelumnya. Riset periode satu yang berjalan sebelum measuki masa kampanye itu menunjukkan, kandidat Joko Widodo, juga Hidayat Nurwahid serta Alex Noerdin mencatat jumlah pemberitaan yang sama (69 berita secara tunggal – masing-masing mencatat 19,3%) diikuti dengan Fauzi Bowo (62 berita – 17,3%), kemudian Hendarji (46 berita – 12,8%) serta Faisal (42 berita-11,7%).

Terkait dengan itu, riset ini juga menganalisis nada berita terhadap kandidat. Pada periode penelitian ini, perolehan berita dengan nada yang positif dikumpulkan oleh kandidat Hendarji (121 berita - 9,1%), lalu Alex Noerdin (109 berita - 8,2%), dan Joko Widodo (102 berita - 7,7%). Sebaliknya, nada berita negatif paling banyak meliputi pemberitaan kandidat Fauzi Bowo (30 berita - 2,2%), kedua Joko Widodo (21 berita - 1,5%), dan Hidayat Nurwahid (13 berita - 1%).

Menyikapi hasil temuan riset tersebut, Ketua AJI Jakarta Umar Idris mengatakan “Patut disayangkan banyak media belum berimbang dan hanya memberitakan dari satu sisi. Media perlu memperbaiki kualitas beritanya lagi karena sebagian besar pemilih pilkada mengakses media untuk menentukan pilihannya, “ kata Umar. (ratman)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar