Email

# Email Redaksi : parahyanganpost@yahoo.co.id, parahyanganpostv@gmail.com - Hotline : +62 852 1708 4656, +62 877 7616 1166

Selasa, 11 Agustus 2009

Wisata Budaya

Penglipuran Desa Wisata Bali
Pegang Teguh Adat Istiadat


Penglipuran sebuah desa di kabupaten Bangli, Bali tepatnya di kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli. Desa Penglipuran terletak pada jalur wisata Kintamani, sejauh 5 Km dari pusat kota Bangli, dan 45 Km dari pusat kota Denpasar.
Desa Penglipuran merupakan satu kawasan pedesaan yang memiliki tatanan spesifikasi dari struktur desa tradisional, sehingga menampilkan wajah pedesaan yang asri. Penataan fisik dari struktur desa tersebut tidak terlepas dari budaya masyarakatnya yang sudah berlaku turun-temurun. Keunggulan dari desa adat Penglipuran ini terletak pada struktur fisik desa yang serupa seragam dari ujung utama desa sampai ke bagian hilir desa. Keseragaman dari wajah desa tersebut di samping karena adanya keseragaman bentuk, juga dari keseragam bahan yaitu bahan tanah untuk tembok pagar (penyengker) dan gerbang rumah (angkul-angkul) dan atap dari bambu yang dibelah untuk seluruh bangunan desa.
Topografi desa tersusun sedemikian rupa di mana pada daerah utama desa ini menyebabkan pemerintah Propinsi Bali menetapkan desa Penglipuran sebagai daerah tujuan wisata pada tahun 1992.
Selain keseragaman bentuk bangunan, desa yang terletak pada ketinggian 700 meter dari permukaan laut ini juga memiliki sejumlah aturan adat dan tradisi unik lainnya. Salah satunya, pantangan bagi kaum lelakinya untuk beristri lebih dari satu atau berpoligami. Lelaki Penglipuran diharuskan menerapkan hidup monogami yakni hanya memiliki seorang istri. Pantangan berpoligami ini diatur dalam peraturan (awig-awig) desa adat. Dalam bab perkawinan (pawos pawiwahan) awig-awig disebutkan, krama Desa Adat Penglipuran tan kadadosang madue istri langkung ring asiki.
Artinya, krama Desa Adat Penglipuran tidak diperbolehkan memiliki istri lebih dari satu. Jika ada lelaki Penglipuran yang telah menikah naksir wanita lain lagi, maka cintanya harus dikubur sedalam-dalamnya. Sebab kalau melanggar aturan ini, akibatnya bisa disisihkan dari desa pakraman. Apa gawatnya ?. Gawatnya adalah jika lelaki Penglipuran beristri yang coba-coba merasa bisa berlaku adil dan menikahi wanita lain, maka lelaki tersebut akan dikucilkan di sebuah tempat yang diberi nama ‘Karang Memadu. Karang artinya tempat dan memadu artinya berpoligami. Jadi, Karang Memadu merupakan sebutan untuk tempat bagi orang yang berpoligami. Karang Memadu merupakan sebidang lahan kosong di ujung selatan desa.
Penduduk desa akan membuatkan si pelanggar itu sebuah gubuk sebagai tempat tinggal bersama istrinya. Dia hanya boleh melintasi jalan-jalan tertentu di wilayah desa. Artinya, suami istri ini ruang geraknya di desa akan terbatas. Tak Cuma itu, pernikahan orang yang berpoligami itu juga tidak akan dilegitimasi desa, upacara pernikahannya tidak dipimpin oleh Jero Kubaya yang merupakan pemimpin tertinggi di desa dalam pelaksanaan upacara adat dan agama. Implikasinya karena pernikahan itu dianggap tidak sah, maka orang tersebut juga dilarang bersembahyang di pura-pura yang menjadi emongan (tanggung jawab) desa adat. Mereka hanya diperbolehkan sembahyang di tempat mereka sendiri.
Melihat hukuman yang menakutkan yang akan diterima oleh lelaki yang bermaksud berpoligami ini, sampai sekarang tidak ada lelaki Penglipuran yang berani bersujud di kaki istrinya agar diijinkan menikah lagi. Karang Memadu yang disiapkan oleh desa tetap tidak berpenghuni dan bahkan oleh penduduk desa dianggap sebagai karang leteh (tempat yang kotor).
Mungkin lelaki Penglipuran lebih memilih hidup nyaman dengan satu istri daripada digilir dua istri dan dicuekin orang se-desa. * (eka/bali)

Profil Usaha











Perusahaan Jamu Dayang Sumbi
Buka Cabang di Bandung dan Jakarta
Keberadaan Perusahaan Jamu (PJ) Dayang Sumbi di desa Sambilawang, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur tidak bisa lepas dari sosok Prof.DR (HC) H.Wahid Isnandar. Berkat ketekunan dan kegigihan lelaki yang biasa disapa Pak Isnandar dalam mengkampanyekan Tanaman Obat Keluarga (TOGA) kini PJ Dayang Sumbi terus berkembang pesat, produknya tersebar ke berbagai daerah, bahkan sampai manca negara.
Menurut Pak Isnandar, manfat Toga sebagi obat alternatif memang cukup besar, selain bisa menyembuhkan bermacam penyakit, secara tidak langsung juga dapat memberikan keuntungan tidak kecil di sektor perekonomian masyarakat, serta terjaganya kelestarian lingkungan hidup.
“Bayangkan saja, misalnya banyak masyarakat di Indonesia bisa meracik jamu, tidak usah banyak-banyak, sepuluh persen saja yang bisa melakukan itu, maka berapa ratus miliar uang negara dapat dihimpun dan dialihkan ke sektor lain. Kesehatan masyarakat juga akan terjamin karena mereka bisa mengobati penyakitnya sendiri,”papar Wahid Isnandar.
Soal manfaat Toga, Isnandar mengaku sudah bisa merasakan dan membuktikannya sendiri. Di usiannya yang sudah sepertiga abad lebih, Isnandar bersama keluarganya bisa hidup sehat berkat mengkonsumsi jamu yang diraciknya sendiri dari bahan Toga. Jamu Dayang Sumbi bisa dikonsumsi oleh segala usia, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa tanpa ada efek samping.
Selain memproduksi berbagai jenis Jamu kini areal perkebunan Tanaman Toga milik Dayang Sumbi, juga banyak dikunjungi oleh berbagai lembaga, instansi, sekolah,dll kecuali untuk belajar meracik jamu, juga sebagai tempat penelitian.
Disamping itu kini PJ Dayang Sumbi juga tengah mengembangkan poli rawat inap bernuansa Toga. Poli Toga yang sudah dibangun saat ini mencapai 12 kamar dari target 20 kamar yang direncanakan. Pembangunan rawat inap bernuansa Toga ini juga bertujuan agar masyarakat bisa lebih mengenal dan leluasa mengerti tata cara membuat jamu dari Toga. Uniknya dari masing-masing poli rawat inap ini sengaja Iskandar mengaturnya sesuai dengan nama jenis penyakit, semisal ada wisma Diabetes, wisma Asam Urat, wisma Lever, dll.
Banyak keuntungan diperoleh bagi pasien yang menjalani rawat inap di tempat ini. Salah satunya, selain berobat juga berkesempatan melihat karyawan memetik tanaman untuk digunakan bahan berbagai obat. “Dengan menjalani rawat inap di poli Toga, pasien bukan cuma berobat tetapi juga berkesempatan menimba ilmu dan belajar meracik jamu sendiri, jelas Isnandar. Dengan cara seperti ini lanjut Isnandar, sepulang berobat dan sembuh dari penyakitnya, mereka bisa membuat jamu sendiri, terutama untuk anggota keluarganya.
Merambah Jawa Barat dan Sekitarnya
Memasuki tahun 2009, PJ Dayang Sumbi terus mengembangkan area pemasrannya terutama ke wilayah Bandung, Jakarta, Cirebon dan Tangerang. Menurut H.Wahid Isnandar, pembukaan cabang baru di Jakarta dan beberapa kota diwilayah Jawa Barat dimaksudkan untuk lebih memudahkan bagi para pelanggannya mendapatkan jamu. “Pengembangan pasar juga kami lakukan ke luar Pulau Jawa dan Malaysia. Izin edar di Malaysia sudah di kami dapatkan, “jelasnya.
Menurut Isnandar, kebutuhan masyarakat terhadap jamu tradisional belakangan ini memang cenderung meningkat. Kecenderungan itu diakuinya juga disebabkan gaya hidup yang kembali ke alam (back to nature). Masyarakat mulai menyadari untuk beralih dari obat-obat kimia ke obat yang bahan bakunya tanaman obat. Selain tanpa pengawet dan tanpa menimbulkan efek samping, pertimbangan lain, harga obat dari bahan Toga lebih murah dan terjangkau, dan mudah didapat. * (ratman)
PJ Dayang Sumbi Cab.Bandung
Jl.Raya Cileunyi, Ruko Sabaraya No.8 (samping Pasar Cileunyi)
Telp.(022) 78269498, 08888209011
Kantor Pusat
Perum.Deltasari Indh Blok AU/01,Waru, Sidoarjo, Jawa Timur
Telp.(031) 8543202, 77006677
Email : pj_dayangsumbi@yahoo.com
www.dayangsumbi.net
Rumah Produksi :
Desa Sambilawang,Kec.Dlanggu, Mojokerto, Jawa Timur
Telp.(0321) 511239, 6968555, 08133026300, Fax.(0321) 511817
Distributor Bali
Jl.Badak Agung No.6 Renon,Denpasar,Bali
Telp.(0361) 7422076
Cabang Jawa Tengah
Jl.Dr.Wahidin 117,Semarang, Jawa Tengah
(depan pintu masuk Candi Golf)
Telp.(024) 8505186, 081330526300, Fax.(024) 8505186

Entertainment


30 Tahun Grup Band Chaseiro Berkarya

Bagi anda berusia 40 tahun ke atas, tentunya mengenal dengan grup band Chaseiro yang saat itu ngetop di era akhir 1970-an sampai tengah 1980-an. Nama Chaseiro sendiri adalah singkatan dari nama depan anggota-anggotanya antara lain, Candra Darusman (vokal, keyboard), Helmi Indrakesuma (vokal), Aswin Sastrowardoyo (vokal, gitar), Edwin Hudioro (flute), Irwan B. Indrakesuma (vokal), Rizali Indrakesuma (vokal, bass), Omen Norman Sonisontani (vokal).
Grup ini mulai dikenal sejak kompetisi vokal grup yang diselenggarakan oleh Radio Amigos tahun 1978, dan menjadi juara 1 dalam festival tersebut. Kelompok ini berasal dari kampus Universitas Indonesia, dimana pada tahun tersebut mereka tercatat sebagai mahasiswa di sana.
Dalam bermusik, Chaseiro menampilkan intelektualitas dalam berkarya, baik dari segi aransemen vokal, musik, dan penulisan lyric.
Lagu-lagunya yang indah dengan lirik positif, optimistis, perdamaian dan kasih sesama serta menggugah semangat adalah ciri musik Chaseiro. Lagu-lagu mereka sampai sekarang masih terngiang-ngiang di telinga anak muda tahun 80an yang sekarang tentunya sudah berusia di atas 30 tahun, walau tidak menutup kemungkinan adik-adik mereka juga ikut mendengarkan.
“Pemuda” merupakan lagu yang paling terkenal dan paling diingat sampai sekarang oleh masyarakat Indonesia, terbukti setiap menjelang Sumpah Pemuda 28 Oktober lagu tersebut selalu dikumandangkan di televisi dan radio karena liriknya yang masih relevan dengan keadaan sekarang dan member semangat persatuan.
Setelah lebih dari tiga puluh tahun, kini Chaseiro masih bisa berkumpul di sela sela kesibukan masing-masing anggotanya. Sesekali masih tampil dalam acara musik di kampus almamaternya, Universitas Indonesia.
Chaseiro saat ini nyatanya sudah tidak lagi sekedar sebuah vokal grup atau band, lebih dari itu nilai pertemanan, persahabatan dan persaudaraan di antara anggotanya dan berkembang kepada para pecinta musiknya adalah hal yang penting bagi mereka. Karena sejak awal, pecinta musik Chaseiro adalah teman-teman mereka sendiri baik di lingkungan kampus maupun di lingkungan luar kampus yang lebih luas.
Diskografi Album :
1 Pemuda (1979)
2 Bila (1979)
3 Vol. 3 (1981)
4 Ceria (1982)
5 Persembahan (2001)
(Rudi)

Wisata Jawa Barat




Kampung Sampireun
Alam Nirwana di Tanah Pasundan




Bumi Parahyangan penuh dengan keajaiban dan keindahan. Setiap desa maupun kotanya memberikan pesona yang tiada tara. Salah satu keajaiban itu bisa kita temukan di Kampung Sampireun, yang dapat anda jadikan tempat pilihan berlibur, atau melepaskan kejenuhan yang suasananya tidak bisa anda temukan ditempat lain.
Untuk mencapai lokasi bisa menggunakan kendaraan pribadi dari Jakarta, dibutuhkan waktu sekitar 4 – 5 jam atau satu jam dari Bandung dan tepatnya di daerah Garut, Jawa Barat. Saat tiba dikampung Sampireun, sajian alam pertama yang dapat dinikmati adalah pemandangan sebuah danau seluas 1,4 hektar dengan rumah-rumah berdinding bambu yang menjorok di atas danau.
Nama Kampung Sampireun diambil dari nama Danau Sampireun, yang artinya tempat singgah. Letaknya berada diketinggian sekitar 1.000 meter dari permukaan laut, di Jalan Raya Semarang, Kamojang Ciparay, Desa Sukaraya, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Beragam keindahan khas tempat ini dapat dinikmati berbeda baikpada saat siang maupun malam hari.
Pegunungan, danau, gemericik air pancuran, rakit, perahu, rumah-rumah kayu yang berpadu dengan kebun bambu di sekelilingnya ditambah hilir mudiknya ribuan ikan-ikan Mas di sekitar kolam menjadi element yang menjadi daya pikat untuk menikmati harmoninya alam di Kampung Sampireun.

Jumlah cottages yang ada disini 19 buah, dimana tarifnya permalam mulai dari Rp.1.500.000,- hingga Rp.3.000.000,-, setiap cottage dilengkapi dengan sebuah perahu. Cukup mahal, apalagi ini berada di desa, yang jauh dari pusat kota. Tetapi tempat ini memang cukup menarik, tidak ada hotel dengan tematik sejenis di tempat lain, sebagaimana yang ditawarkan Kampung Sampireun. Jadi tunggu apalagai, mampirlah ke Kampung Sampireun. * (rat/dbs)

Catatan Eyang Agung

Menghormati yang Kalah

Oleh : H Eyang Agung WP *)
“Hai orang-orang beriman taatilah Allah dan taatilah rasul (Nya) dan pemimpin diantara kamu. (QS 4:59) *
Di dalam setiap kompetisi hanya ada satu pemenang, sedangkan yang lainnya kalah. Kekalahan, menurut nasehat para cerdik pandai, bukanlah akhir dari segalanya, tetapi kemenangan yang tertunda. Artinya jika dapat menerimanya dengan ikhlas dan mempersiapkan diri untuk berkompetisi kembali pada pertandingan berikutnya maka bukan tidak mungkin akan keluar sebagai pemenang.
Sementara bagi pemenang, kemenangan itu bukanlah ujung perjuangan melainan awal untuk mempertahankan, mengisi dan memberi makna. Menurut pepatah lama, mempertahankan jauh lebih sulit dari merebut.
Menang dan kalah adalah hal yang biasa, namun sering kemenangan diciderai oleh sikap pemenang yang – baik dengan sengaja maupun tanpa sadar- bersikap angkuh, sombong dan menepuk dada sehingga menimbulkan sikap iri hati bagi pihak yang dikalahkan.
Orang yang menang biasanya berpesta pora merayakan kemenangan dan menganggap yang kalah adalah pecundang yang bodoh, kerdil dan lemah.
Pemilu Damai
Seperti kita ketahui, pemilihan presiden (Pilpres) yang berlangsung tanggal 8 Juli lalu berjalan dengan mulus, aman dan damai. Sudah dapat dipastikan pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) – Boediono keluar sebagai pemenang mengalahkan pasangan Megawati Soekarno Puteri-Prabowo Subiyanto dan Jusuf Kalla-Wiranto.
Kita ingin mengingatkan kemenangan pasangan SBY-Boediono ini janganlah sampai membuat mereka lupa diri, angkuh dan sombong. Pelecehan terhadap yang kalah dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan. Pelecehan bisa saja terjadi, bukan oleh pasangan SBY-Boediono melainkan oleh para pendukungnya. Untuk itu mereka harus mengontrol para pendukungnya.
Sikap yang tidak terkontrol dari pendukung ini dapat menimbukan kebencian di pihak lain, sehingga mereka melakukan upaya pemakzulan.
Hilangkan
Untuk itu, mabuk kemenangan yang menyebabkan lupa diri, angkuh dan sombong ini, seyogyanyalah dihilangkan. Mereka hendaknya menahan diri dalam merayakannya. Tidak usah terlalu menampakan superioritas dengan mengerdilkan yang lain.
Mereka seharusnya menghormati yang kalah karena kekalahan bukanlah aib yang patut dicemooh. Kekalahan adalah bagian dari kompetisi yang tentunya sudah siap diterima bagi semua petarung yang maju mencalonkan diri. Mereka telah siap dengan segala konsekuensinya. Siap kalah dan siap menang!
Tetapi, meskipun sudah legowo menerima kekalahannya, jika dipanas-panasi terus akan berbalik menjadi musuh dan memunculkan kebenciannya yang ujungnya merusak situasi damai yang sudah ada.
Kita tentu percaya akan pribadi SBY-Boediyono yang dikenal santun, lemah lembut dan berakhlak mulia, tetapi sikap para pengikutnya ini yang agak dikhawatirkan. Mampukah mereka mengontrol sikap pendukungnya agar tidak takabur, angkuh dan sombong sehingga menimbulkan gesekan di pihak lain?
Mudah-mudahan kekhawatiran ini dapat diatasi dan sebagai warga yang baik sudah selayaknyalah kita saling mengingatkan, menegur yang salah mencontoh yang benar. Berlomba-lomba dalam kebaikan menjauhkan diri dari perbuatan yang merusak.
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang bisa menjadi spirit untuk menggerakkan masyarakatnya berlomba-lomba ke arah kebaikan dan mengejar prestasi.
Keteladanan Pemimpin
Sebagai umat Islam kita sudah selayaknya mencontoh keteladanan pemimpin besar kita Nabi Muhammad SAW. Di dalam setiap kemenangan yang diraih, beliau tidak pernah menghina atau merendahkan musuh. Malah beliau memuliakannya. Dengan sikap memuliakan musuh yang sudah tidak berkutik itu, maka jadilah mereka pengikut setia Nabi dan pejuang Islam yang gigih. Kita bisa mempelajari pahlawan-pahlawan besar Islam, seperti Abu Sofyan, yang begitu membenci nabi. Ketika ia dikalahkan, akhirnya ia berbalik dan masuk Islam, menjadi pahlawan besar dalam sejarah Islam. Begitu juga Khalid bin Walid, yang tadinya musuh besar setelah dikalahkan menjadi pahlawan terbesar Islam sepanjang sejarah.
Keteladanan yang dicontohkan Rasulullah itu patutlah dihayati bagi setiap pemimpin karena di dalam diri Rasulullah itu terdapat suri teladan yang baik seperti yang diwahyukan dalam al-Quran surat Al Azhab ayat 21 yang berbunyi (artinya), “Sesungguhnya pada diri Rasulullah SAW terdapat tauladan yangh baik, yaitu bagi orang yang berharap rahmat Allah dan kedatangan hari akhir…”
Ada beberapa akhlak terpuji Rasulullah yang harus menjadi pegangan bagi pemimpin yang memenangkan pertempuran, diantaranya bersikap tawadhu’ atau rendah hati. Lawan sikap ini adalah sombong dan angkuh.
Sikap tawadhu’ ini bagi seorang pemimpin sangat penting karena ia membutuhkan nasehat, masukan, saran, bahkan kritik. Kalau ia memiliki sifat sombong dan anti kritik maka kelak ia akan memimpin yang zalim. Pemimpin yang tidak mau mendengar dan otoriter akan berkakhir dengan kehancuran
Selain sikap tawadhu’ itu adalagi sikap yang harus dimiliki yaitu jujur, selalu bekerja sama dan mampu memenuhi kebutuhan rakyatnya.
Kita berharap kemenangan SBY-Boediono dalam Pilpres lalu dapat menjaga amanah tersebut dan kemenangannya dinikmati oleh seluruh komponen bangsa, bukan oleh para pendukung setianya saja.
Dan sebagai rakyat kita harus patuh kepada presiden terpilih. Mematuhi pemimpin adalah salah satu ajaran inti Islam, seperti yang tertulis dalam al-Quran (artinya) “Hai orang-orang beriman taatilah Allah dan taatilah rasul (Nya) dan pemimpin diantara kamu. (QS 4:59) *
*) Penyembuh dan Ketua Yayasan EYANG AGUNG

Selasa, 04 Agustus 2009

Advetorial




Reformasi Total Bidang Kesehatan

Kelihatannya mustahil, tetapi ini benar-benar kisah nyata yang dapat dibuktikan sendiri. ATFG-8 (Alat Terapi Fisik buatan Gondo seri ke-8) yang diciptakan pada tahun 1994 merupakan satu-satunya alat kesehatan hasil karya Bapak Sugondo yang mengandung unsur fisioterapi, refleksi, accupreseure dan pijat tradisional. Dengan gempuran empat unsur inilah, dengan cara hangat, tekan, gelinding, gitek dan tusuk, mulai dari ujung kaki sampai kepala mampu menyembuhkan hampir semua jenis penyakit dalam waktu sangat cepat.
Di bawah bimbingan SP3T dengan dana dari WHO, ATFG-8 telah diskusikan yang dihadiri oleh semua bagian RS Hasan Sadikin, Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, Maranatha, Unjani, Farmasi ITB, Kanwil Dep.Kesehatan Jawa Barat dan pengurus Sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional (SP3T) mendapat tanggapan sangat memuaskan.
Secara fisiologi ATFG-8 adalah terapi darah dan sepuluh jaringan tubuh (pembuluh darah, otot, syaraf, kelenjar endokrin, kelenjar getah bening, jaringan ikat, jaringan lemak, jaringan organ dalam, kerangka tubuh dan jaringan otak) yang tidak memerlukan obat ataupun jamu, tanpa dioperasi, tanpa suntikan dan bukan mejik. Cukup dibantu minum air putih hangat, mandi dan makan pepaya mengkal selama masa terapi, terbukti mampu cepat, seperti susah tidur, migran, vertigo, epilepsi, telinga mendengung, sinusitis, darah tinggi/rendah, stroke, sariawan, efek samping terapi radiasi, asma, denyut jantung tidak teratur (coroner), maag, diabetes, urat syaraf terjepit, impoten, tumor kandungan (kista), pendarahan, keputihan, lambat keturunan, kesemutan, pengapuran, penyempitan pembuluh darah, rematik/encok, asam urat, kolesterol, trigliserida, talasemia, leukimia, wasir, dll. Terapi ini juga sangat baik bagi masa pertumbuhan anak, menambah kecerdasan dan meningkatkan prestasi olahraga.
Saat ini dengan cabang ATFG-8 yang tersebar di Indonesia setiap bulan ribuan pasien ikut merasakan manfaatnya. Terapi ini telah disiarkan melalui berbagai media massa seperti surat kabar, tabloid, majalah maupun media elektronik baik milik pemerintah maupun swasta, seperti TVRI, ANTV, TPI, RCTI, Trans TV dan Trans 7. * (advt).

Klinik AFTG-8 Pusat
Jl.Purwakarta No.167 Antapati,Bandung – 40291
Telp.(022) 7233059
Homepage : http://www.therapy-aftg8.com/, e-mail : aftg@bdg.centrin.net.id
STPT No.445/2675-Dinkes-24.STPT-Batra/V/05
Paten No. : ID 0 000 703 S


Klinik ATFG-8, Daerah Jabar, Banten dan DKI
Bandung/pusat (022) 7233059,Cimahi (022) 91175844, Subang (0260) 415426, Sumedang (0261) 204389, Majalengka (0233) 284344, Cirebon (0232) 616010, Sukabumi (0266) 7050145, Cianjur (0263) 268600, Purwakarta (0264) 208317, Karawang (0267) 403348, Cilegon (0254) 375758, Bogor (0251) 322068, Duren Sawit (021) 8651509, TMII/Jak Tim (021) 87781876, Meruya/Jak Bar (021) 5844732, Matraman/Jak Pus (021) 3154726, Sunter/JakUt (021) 68567914, Pondok Labu/JakSel (021) 7690040, Tangerang (021) 55746901, Bekasi (021) 88952367, Depok (021) 7700382, Cileungsi (021) 8249371, Serpong/BSD (021) 53160562, Tambun (021) 99884285

Resensi Buku


Judul Buku : Awakening The Dragon Within
Membangkitkan 8 Karakter Naga

Penulis : Johnes Arifin Wijaya
Penerbit : BIP (Buana Ilmu Populer) – Kelompok Gramedia,Jakarta
Tebal : 170 halaman

Johanes Arifin menemukan delapan karakter Naga yang bisa diadopsi dan bisa membuat manusia sukses. Kedelapan karakter Naga itu, adalah (1) Kerja Keras, (2) Penuh Motivasi, (3) Menjaga Kepercayaan & Kejujuran (4) Kekeluargaan, Persaudaraan dan Kebersamaan dalam Kelompok, (5) Naga yng selalu berpikir positif, (6) Memiliki Cinta Kasih, (7) Cepat bertindak/menangkap peluang (8) Terus menerus belajar.
Kehebatan buku tersebut, Johanes selaku penulisnya dengan cerdas memberikan tips bagaimana menginstal kedelapan karakter naga tersebut kedalam diri kita. Ia merinci tahap-tahapannya seperti menginstal program baru komputer ke PC.
Uraian dari tiap-tiap karakter sendiri dibahas dengan disertai contoh sukses baik dari kalangan tokoh masa kini maupun dahulu kala. Naga merupakan simbolik produktivitas dan pembaruan sehingga memiliki pengaruh yang baik dan positif terhadap seluruh mahluk hidup didunia. Naga yang penuh dengan semangat produktivitas dan pembaruan ini merupakan lambang kebesaran dalam budaya Tionghoa.
Buku ini perlu dibaca oleh semua orang, agar bisa membangkitkan karakter Naga dalam diri Anda.Karakter Naga sekarang telah menjadi milik dunia daln milik semua orang, oleh karena itu pastikan dan miliki karakter Naga di dalam hidup Anda agar Anda lebih mudah untuk meraih kesuksesan, kebahagin dan cita-cita Anda. (*)

Syiar

Ibarat Buih
Oleh : Jarjani Usman

“Akan datang suatu masa dalam waktu dekat, bangsa-bangsa (selain umat Islam) bersatu untuk mengalahkan kamu seperti sekumpulan manusia yang berkerumun memperebutkan hidangan makanan di sekitar mereka.” (HR.Bukhari dan Muslim)


MENDENGAR – Pernyataan Rasulullah seperti itu, shabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah itu karena kita (umat Islam) pada waktu itu sedikit ?”
Rasulullah menjawab, “Bukan, bahkan kamu pada waktu itu adalah golongan yang banyak, tetapi kualitas kamu pada waktu itu bagaikan buih-buih di lautan yang terbawa arus air. Allah telah mencabut rasa takut dari hati musuhmu terhadap kamu dan Allah mencampakan perasaan “Wahn” kedalam hati kamu,”. Sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apa itu “Wahn ?” Rasulullah menjawab, “Cinta dunia dan takut mati.”
Kiranya demikianlah keadaan kita (umat Islam) hari ini. Persis seperti buih di lautan. Lebih-lebih kalau menengok keadaan umat Islam di Palestina. Mereka yang hidup di negara yang dikelilingi negeri muslim, babak belur dihancurkan. Tidak ada ketakutan dari bangsa-bangsa (musuh-musuh Islam-red) untuk menyerang umat Islam, bahkan dengan cara membabi buta. Badan-badan dunia yang ikut dibangun, dibiayai, dan dipekerjakan umat Islam pun tak mampu berkutik untuk membantu mencegah, meskipun atas nama kemanusiaan.
Kalau begitu, tak salah lagi. Kita sedang menderita penyakit yang lebih mematikan dari penyakit AIDS. Yaitu, penyakit ‘Wahn’ (cinta dunia). Penyakit AIDS hanya menimbulkan kematian ribuan di seluruh dunia, namun penyakit Wahn menimbulkan kematian puluhan ribu dalam satu negara saja. Sayangnya, di saat jutaan orang, termasuk umat Islam, berusaha menyembuhkan penyakit AIDS, hanya satu dua orang yang berusaha menyembuhkan penyakit Wahn yang diderita umat Islam. Sedangkan jutaan lainnya ikut menambah parah penyakit ini. (*)

Hikmah

Do’a Mustajab

Manusia dalam perjalanan hidupnya sudah barang tentu akan mengalami permasalahan-permasalahan dan tidak ada manusia yang tidak mempunyai permasalahan dalamhidupnya. Permasalahan yang timbul ada yang dapat diatasi sendiri dan ada pula yang tidak dapat diatasi oleh dirinya sendiri maupun dengan bantun orang lain. Untukitu sebagai jalan terakhir adalah dengan memohon kepada Allah SWT mellaui do’a. Dan sudah menjadi sifat dari manusia apabila berdo’a selalu menginginkan doanya mustajab, artinya segera dikabulkan oleh Allah SWT.
Mustajab atau diterimanya suatu do’a tergantung 2 hal yaitu :
Pertama, Tempat, dimana doa itu dilkukan. Dan Kedua, Waktu, kapan do’a itu dilaksanakan. Tempat-tempat yang do’anya mustajab berada di tanah suci Mekah Al Mukaromah dan Madinah Al Munawaroh, seperti di Multazam, Hijr Ismail, Maqam Ibrahim, Padang Arafah, sewaktu wukuf haji, Raudah Masjid Nabawi dan banyak tempat-tempat lain di tanah suci Mekah.
Mengenai waktu yang mustajab untuk berdo’a adalah sewaktu berpusa, baik puasa wajib amupun puasa sunnah, waktu sujud terakhir dalam shalat maupun berdo’a di malam hari. Namun demikian berdoa tidak terbatas pada waktu-wktu ini saja. Kapanpun manusia dianjurkan untuk berdo’a kepada Allah SWT. Diantara waktu yang mustajab seperti disampaikan diatas, telaahan lebih lanjut adalah keutamaan berdo’a pada malam hari. Doa pada malam hari mempunyai nilai lebih dibandingkan dengan waktu siang.
Di dalam suatu hadist yang diriwayatkan oleh Muslim dari Jabir bin Abdullah, Rasulullah SAW bersabda : “Pada setiap malam ada suatu waktu dimana Allah SWT akan mengabulkan doa kebaikan yang dipanjatkan oleh hamba-hamba-Nya yang muslim, baik doa itu terkait dengan urusan dunia maupun urusan akhirat.”
Ada beberapa keutamaan kenapa potensi doa malam hari lebih besar untuk dikabulkan Allah SWT. Pertama, pada waktu malam rahmat Allah SWT turun ke dunia mencari-cari orang yang terjaga sambil berdo’a. Rahmatnya turun ke dunia pada setiap malam hari utamanya pada sepertiga malam terakhir.
Di dalam hadist Qudsi, Allah SWT berfirman : “Siapa yang berdoa kepada-Ku pasti akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku pasiti Aku beri. Dan siapa yang meminta ampunan pad-Ku pasti akan aku berikan.” (HR Muslim dari Abu Hurairah).
Kedua, suasana malam yang gelap, sepi, hening menjadi faktor pendukung seseorng untuk lebih berkonsentrasi (khusyuk) dalam setiap lantunan do’anya. Doa sebagai sarana hubungan langsung anara seorang hamba dengan Tuhannya,mutlak membutuhkan suasana yang baik, baik dalam diri hamba maupun sekitarnya. Itulah salah satu sebab kenapa Rasulullah SAW sebelum dilantik menjadi Nabi dan Rasul sering menyendiri di kesunyian dan kesenyapan Gua Hira.
Ketiga, waktu malam hakikatnya Allah SWT jadikan sebagai waktu luang manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT secara total. Jika sebagian orang tersibukan dengan urusan-urusan duniawi pada waktu siang, waktu malam menjadi waktu yang tepat untuk menyingkirkan urusan-urusan duniawi dan beralih ke urusan ukhrawi.
Allah SWT berfirman dalamAl Qur’an surat Al-Isra ayat : 79, yang artinya :
“Bertahajudlah kalian pada sebagaian malam sebagai sunah kalian. Semoga Tuhan membangkitkan kalian ditempat yang terpuji.”

Makna tersirat waktu malam harus dimaksimalkan sebagai amal pendekat (taqarub) kepada Allah SWT secara total.Allah SWT menjadikan waktu malam sebagai waktu mustajab dikabulkan do’a. Wallahu ‘alam. * (dbs/H.Edy Turmudy)

Kabupaten Sukabumi

Kabupaten Sukabumi Terapkan Perizinan Terpadu Satu Pintu

Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui Perda Nomor 01 Tahun 2007 membentuk sebuah perangkat daerah, yaitu Dinas Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal (DPTPM) yang berfungsi untuk memberikan pelayanan kepada para calon investor yang akan melaksanakan kegiatan berinvestasi di Kabupaten Sukabumi.
Fungsi dan tugas pokok DPTPM sendiri adalah melaksanakan urusan Pemerintah Daerah berdasarkan azas otonomi dan azas tugas bantuan di bidang penyelenggaran Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu, Penanaman Modal dan Perlindungan Investasi.
Menurut Kepala Bidang Penanaman Modal dan Perlindungan Investasi, Ir.Narom Dermawan, dengan adanya lembaga ini diharapkan kegiatan investasi di Kabupaten Sukabumi akan semakin berkembang, yang pada gilirannya akan memiliki dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat.
Lebih lanjut Kabid Bidang Perlindungan Investasi dan Penanaman Modal Kab.Sukabumi menjelaskan, bahwa dengan adanya Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (PPTSP) pada tahun 2008 ini responya terlihat cukup positif dibandingkan tahun sebelumnya. “Para investor, papar Narom Dermawan, banyak yang melirik wilayahnya terutama yang berpotensi mengandung hasil tambang seperti, pasir besi, galena, emas,dll, wilayah tersebut terdapat di Pajampangan, dan sekitarnya.
Upaya ini, menurut Ir.Narom Dermawan sebagai bentuk kepedulian Pemerintah Kabupaten Sukabumi dalam menciptakan iklim investasi yang kodusif dengan memberikan pelayanan yang cepat dan tepat kepada para investor. * (rat/dbs).

** di box **

Jenis perizinan yang di kelola melalui Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (PPTSP) Kabupaten Sukabumi, adalah :
1. Izin Lokasi
2. PPL
3. IMB
4. SITU
5. Izin Pemanfaatan Daerah Milik Jalan
6. Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksploitasi
7. IUP Perpanjangan
8. IUP Daftar Ulang
9. IUP Pengangkutan dan Penjualan
10. IUP Pengolahan dan Pemurnian
11. Izin Pengeboran
12. Izin Pengambilan Air
13. SIUP
14. TDP
15. TGD
16. TDI
17. Izin Usaha Industri
18. Perikanan
19. Peretnakan
20. Trayek
21. Kepariwisataan
22. Jasa Konstruksi
23. Balai Pengobatan Umum (perusahaan/instansi/perorangan)
24. Penyelenggaran Rumah Bersalin
25. Apotik
26. Toko Obat
27. Optik
28. Pengobatan Tradisional
29. Izin Balai Konsultasi Gizi
30. Laboratorium
31. Praktek Dokter (umum, gigi)
32. Praktek Dokter Berkelompok
33. Izin Keperawatan
34. Izin Praktek Bidang Swasta (dengan proses pembuatan 7 – 14 hari)

*) sumber Humas Kab.Sukabumi

Cerdaskan Bangsa

Satu Hati Cerdaskan Bangsa, Kegiatan Peduli Pendidikan

JAKARTA - Parahyangan Post,

PT. Amerta Indah Otsuka yang memproduksi cemilan Soyjoy dan minuman berenergi Pocari Sweat, bekerjasama dengan Metro TV, Media Indonesia dan Kick Andy Foundation membentuk program “Satu Hati Cerdaskan Bangsa” yakni gerakan mengajak siapa saja untuk peduli kepada sesama yang kurang beruntung di bidang pendidikan demi kemajuan dunia pendidikan di Indonesia.

Menurut Arif H. Thamrin, General Manager Metro TV, latar belakang gerakan ini lahir dari keprihatinan yang mendalam atas kondisi pendidikan bangsa Indonesia yang makin memprihatinkan. Dari catatan Komisi Perlindungan Anak tahun 2007 bahwa sebanyak 11,7 anak putus sekolah. Disamping itu, 80% sekolah di Indonesia belum mempunyai perpustakaan dan minat baca pelajar di Indonesia kian menurun sehingga semakin membuat kondisi pembangunan SDM di Indonesia semakin mengkhawatirkan. Padahal, pendidikan merupakan investasi jangka panjang dan modal utama untuk membangun sebuah bangsa.

“Satu Hati Cerdaskan Bangsa adalah sebuah gerakan moral peduli pendidikan dengan mengusung aktifitas-aktifitas positif yang sarat edukasi serta hiburan yang berlangsung di Jakarta, Bandung dan Surabaya ,” ujar Arif H. Thamrin dalam press conference Satu Hati Cerdaskan Bangsa di Blitz Megaplex Grand Indonesia , baru-baru ini.

Menurut Arif, tahun ini merupakan tahun ketiga berlangsung program ini yang telah dimulai sejak tahun 2007. Program ini sendiri ditekankan pada pemberian buku pengetahuan umum serta pembangunan perpustakaan pada beberapa sekolah. Pada tahun 2008 sebanyak 6 perpustakaan didirikan, dengan 23.300 unit buku disalurkan ke sekolah formal dan non formal di 21 wilayah seluruh Indonesia.

“Total sumbangan yang masuk mencapai Rp1,319 milyar lebih yang disalurkan ke beberapa sekolah seperti SD Sigoring-Goring di Tapanuli Selatan, SD Pereng Klaten, SD Michael Surabaya, dan lain-lain,” jelas Arif H. Thamrin.

Sementara itu, praktisi pendidikan Prof. Dr. H. Arief Rachman, MPD mengatakan walaupun pemerintah sudah menganggarkan 20% APBN untuk pendidikan, namun itu belum dirasakan belum mencukupi. “Berapa pun nilai yang dimiliki peran serta masyarakat sangat dibutuhkan demi kemajuan pendidikan di Indonesia. Aneh ada sekolah ambruk?” ungkap Arief Rachman.

Ditambahkan pula Yoshihiro Bando, Direktur Utama PT. Amerta Indah Otsuka bahwa pihaknya mendukung kegiatan Satu Hati Cerdaskan Bangsa karena pendidikan adalah hak dasar seseorang untuk mencapai cita-cita. “Sudah sewajarnya kita peduli terhadap masalah pendidikan,” kata Yoshihiro Bando, warganegara Jepang yang fasih berbahasa Indonesia .

Bagi masyarakat yang memiliki rasa peduli pada dunia pendidikan bisa menyalurkan donasi langsung melalui Yayasan Kick Andy ke rekening BCA KCU Puri Indah No. Rekening 2883042000. * (Rudi)

Politik-Kilas Balik

Kilas Balik Politik SBY
Ketika itu, tahun 2001, di masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, stabilitas politik dan keamanan betul-betul goyah. Di Jakarta, atau kota besar lainnya, ancaman perampokan, pembunuhan, atau pencurian, merajalela. Lampu merah (lampu lalu lintas) adalah daerah bahaya satu, karena di situ beroperasi kelompok `'Kapak Merah''.
Ketika lampu merah menyala, tiba-tiba saja serombongan anak muda bersenjata kapak, pisau, atau golok, terkadang bersenjata api menyatroni mobil yang sedang berhenti, memecahkan kacanya, lalu merampok penumpangnya, dan pergi seenaknya saja meninggalkan korban, yang tak jarang sudah dianiaya terlebih dulu. Polisi seakan tak berdaya. Itu menyebabkan rakyat terpancing menjadi main hakim sendiri. Maling motor yang tertangkap, dibakar hidup-hidup. Adegan mengerikan itu, merupakan pemandangan sehari-hari di mana-mana.
Itu belum seberapa. Berbagai daerah bergolak. Aceh, misalnya,seakan sudah terpisah dari Republik. Bayangkan, Presiden Abdurrahman Wahid, datang ke Banda Aceh, ketika itu, hanya berani sampai Masjid Raya. Bicara sebentar, ia langsung balik ke bandar udara, terbang pulang ke Jakarta. Di Ambon, Maluku, `'perang'' Islam - Kristen, mencapai puncaknya. Tak terhitung nyawa yang melayang, bangunan yang terbakar, atau perkantoran yang dimusnahkan. Peristiwa serupa terjadi di Poso, Sulawesi Tengah. Di berbagai daerah di Kalimantan, orang Dayak `'perang'' melawan suku pendatang, Madura. Korban tak lagi terhitung.
Nah, ketika itu yang menjadi Menko Polkam adalah Jenderal (Purn.) Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yang berambisi menjadi Presiden RI. Sebagai penanggungjawab stabilitas politik dan keamanan di kabinet, apa yang SBY lakukan? `'Ooh dia rapat terus, diskusi terus, sampai berbulan-bulan, '' ujar seorang Menteri yang ketika itu masuk jajaran Polkam. Sebagai hasil rapat-rapat yang melelahkan yang dipimpin SBY itu, dibentuklah Desk Aceh, Desk Ambon, Desk Poso, Desk Sampit, dan entah Desk apa lagi. Apa kerja Desk itu? Jangan tanya, karena mereka rapat terus, diskusi terus, seminar terus. `'Saya lihat orang-orang yang bunuh-bunuhan di Ambon, Poso, atau Sampit, sudah mulai capek. Mereka juga sudah capek membakar rumah, saking banyaknya rumah yang dibakar. Tapi rapat belum menghasilkan keputusan apa pun,'' kata Menteri tadi.
Suatu hari rapat berlangsung, dipimpin SBY. Seperti biasa, diskusi berlangsung seru di antara peserta rapat, dan SBY menjadi moderatornya, persis seperti diskusi atau seminar yang biasa dilakukan di hotel-hotel. Tiba-tiba, SBY memerintahkan Mayjen. Aqlani Maja, Staf Ahli Menhankam, yang bertugas mewakili Menhankam Mahfud MD, untuk memberikan pendapat. Konon, Aqlani langsung bicara, `'Pak Menteri, saya kira sudah lebih 3 bulan kita rapat terus. Semua kita diskusikan. Orang yang bunuh-bunuhan di Poso, Ambon, atau Kalimantan, tampaknya sudah capek, mereka sudah berhenti sendiri.Tapi rapat belum mengambil keputusan apa pun. Kalau Pak Menteri minta pendapat saya, apa saja yang Pak Menteri putuskan saya setuju. Yang penting, kita harus punya keputusan. Saya kira itu yang penting.''
Wajah SBY langsung merah-padam. Mungkin merasa malu, sekaligus marah, karena merasa dihina. `'Ini bukan rapat kedai kopi, yang hadir di sini, para Menteri,'' teriak SBY. Semua terdiam. Tapi beberapa Menteri, di antaranya, Menteri Otonomi, Prof. Ryaas Rasyid, secara sembunyi-sembunyi menunjukkan jempol jari tangannya kepada Aqlani, sebagai tanda mendukung. Rapat pun akhirnya bubar, sekali lagi: tanpa keputusan apa pun.
Menurut sebuah sumber, Aqlani berani bicara seperti itu, selain karena sudah kesal, mengikuti rapat yang melelahkan tanpa keputusan itu, ia memang sudah lama kenal watak atau kepribadian SBY. Ia dan SBY, sama-sama mengikuti pendidikan militer di Port Leavenworth, Amerika. Di sana pula, mereka sama mengikuti pendidikan S2, dan sama pula lulusnya. Sebelumnya, mereka pernah pula menjadi dosen di Seskoad, Bandung, ketika Komandan Seskoad dijabat Feisal Tanjung. Jadi rupanya, ia tahu betul, bahwa SBY itu adalah tipe orang yang tak bisa membuat keputusan (indecisive) , apalagi keputusan itu berisiko.
Karena cacat personalitinya itulah, semasa menjadi Menko Polkam, nyaris tak satu pun keputusan penting - apalagi yang berisiko tinggi-datang dari kantor Menko Polkam. Kantor Menko Polkam, di kalangan para Menteri, sering diejek sebagai kantor `'Seminar''. Seperti diketahui, masalah Poso dan Ambon, akhirnya ditangani oleh Yusuf Kalla, yang ketika itu menjabat Menko Kesra yang kemudian muncul Perjanjian Malino I dan II.
Kalau saja SBY punya rasa malu, seharusnya ia mengundurkan diri darikabinet, saat Malino I dan II ditandatangani, dan mendapat restu dariPresiden. Memang gara-gara Malino itu, SBY marah besar kepada YusufKalla, yang telah mengambil alih wewenang dan tanggung jawabnya, tapiuntuk mundur dari kabinet, tentu saja orang seperti SBY tak akan mau.
Ada lagi kisah dramatis, sekaligus memalukan. Sewaktu Aceh diputuskanmenjadi daerah darurat militer, SBY menjadi pelaksana hariannya,pimpinan tertinggi adalah Presiden Megawati. Sejumlah pasukan yangdikirim dengan kapal, sampai setengah bulan terkatung-katung di tengahlaut, karena SBY tak juga memutuskan sikap pemerintah untuk pendaratanpasukan itu. Malah ada yang bilang, pasukan itu sempat tiga harikelaparan, karena persediaan makanan sudah habis.
Akhirnya, di tengah moral pasukan yang sudah hancur seperti itu, barulah mereka didaratkan, konon setelah Presiden Megawati turun tangan. SBY? Seperti biasa, tak bisa membuat keputusan berisiko seperti itu. Hobinya, cuma berbusa-busa bicara di TV dan koran, dengan bahasa yang selalu normatif karena takut berisiko kalau ucapannya salah- tapi disusun sesuai kaedah berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Tanyakanlah pada kawan dan lawannya, tentang cacat SBY itu.
Jawabannya pasti tak jauh berbeda: SBY tak bisa mengambil keputusan. Mana mungkin seorang bisa menjadi pemimpin apalagi menjadi Presiden, pengambil keputusan tertinggi yang sering penuh risiko dengan cacat personaliti yang sangat fatal seperti itu? Ini menjadi alasan pertama dan utama bagi rakyat untuk tidak memilih SBY si peragu. (*)

Wisata Religi

Khitanan, Warisan Sunan Rahmat Suci yang Masih Lestari

Sebelum dikhitan mereka dimandikan ditiga mata air, Cikawedukan, Cikahuripan dan Cikajayaan

Untuk mengislamkan masyarakat di sekitar Godog tidaklah mudah karena umumnya mereka mempunyai ilmu kebal yang tidak mempan senjata tajam. Sementara sebagai tanda mereka masuk Islam adalah mereka harus dikhitan, yakni memotong bagian ujung alat reproduksi kaum laki-laki
Bagaimana Sunan Rahmat Suci bisa melakukannya? Itulah hebatnya Sunan Rahmat Suci. Beliau mampu menaklukkan ilmu kebal yang dimiliki masyarakat dengan alat khitan yang bernama ngalungsur.
Namun sebelum dikhitan dengan ngalungsur mereka dimandikan di tiga mata air yang berbeda, yakni di Cikawedukan, Cikahuripan dan Cikajayaan. Ketiga mata air tersebut terdapat di kaki Gunung Suci.
Mata air Cikawedukan (weduk artinya kebal) berfungsi untuk menghilangkan semua ilmu kebal yang ada pada masyarakat ketika itu. Jadi semua orang yang akan disunat dimandikan terlebih dahulu untuk menghilangkan semua ilmu kebal yang ada padanya.
Setelah itu mereka dimandikan di mata air Cikahuripan. Hurip adalah kebebasan atau pembebasan. Artinya mereka telah terbebas dari kebodohan masa lalu yang membelenggu dirinya dan bisa menghirup udara bebas.
Setelah bebas dan mendapatkan pencerahan, maka mereka pun butuh kejayaan atau kemuliaan. Makanya mereka pun di mandikan di mata air Cikajayaan. Jaya artinya mulia.
Setelah dimandikan di tiga mata air itu barulah mereka dikhitan dengan alat yang bernama ngalungsur.
Tradisi ini masih berlangsung sampai sekarang. Setiap anak yang akan dikhitan, terutama pada Bulan Maulud saat diadakan sunatan massal, mereka berziarah terlebih dahulu ke makam Sunan Rahmat Suci kemudian dimandikan dan baru disunat.
Hanya saja mata air Cikawedukan tidak dipakai lagi karena masyarakat sekarang tidak mempunyai ilmu kebal. Jadi mereka cuma mandi dua mata air saja, yakni Cikahuripan dan Cikajayaan.
Dijelaskan juru kunci makam Bapak Ahmad Syarifudin, barokah yang didapat bukan berasal dari airnya, tetapi dari Allah semata. Air itu cuma media. Barokahnya tetap dari Allah SWT. Hal ini selalu dijelaskannya kepada seluruh peziarah untuk menghilangkan sikap syirik. Jangan sampai ada peziarah yang meminta kepada air tersebut. Kalau itu yang terjadi maka mereka sudah berbuat syirik kepada Allah SWT.* (Ismail Lutan)

Kabar Dari Timur Tengah

Palestina dan Kemerdekaan Indonesia

“Terimalah semua kekayan saya ini untuk memenangkan perjuangan Indonesia ......”


KALIMAT – Diatas pernah dilontarkan Muhammad Ali Taher, seorang saudagar kaya berkebangsaan Palestina di awal perjuangan kemerdekaan Indonesia. Setahun sebelum Indonesia diproklamirkan, Muhammad Ali Taher sudah menawarkan bantuan uang di sejumlah bank di Arab tanpa meminta tanda bukti apappun dari Bangsa Indonesia.
Begitulah dukungan rakyat Palestina untuk kemerdekan Indonesia. Hal itu kiranya penting untuk diketahui bangsa Indonesia, terutama para generasi mudanya. Apalagi ketika bangsa Palestina dalam kondisi seperti saat ini, dijajah oleh bangsa Israel.
Jika ribut-ribut di negara-negara Arab, misalnya di Mesir, Palestina atau Suriah, kita sering bertanya apa signifikasi dukungan terhadap negera tersebut. Sering kita mendengar komentar-komentar bernada miring, ‘mengapa harus ikut-ikutan demo, mendukung Palestina, apalagi kita sendiri sedang susah, kenapa repot-repot ngurusin negara lain, dan berbagi macam komentar lainnya.’ Padahal, untuk yang belum menegtahuinya, kita sebagai orang Indonesia malah berhutang dukungan untuk Palestina.
Soekarno – Hatta boleh saja memproklamasikan kemerdekaan RI defacto 17 Agustus 1945, tetapi perlu diingat bahwa untuk berdiri (secara dejure) sebagai negara yang berdaulat, Indonesia membutuhkan pengakuan dari bangsa-bangsa lain. Pada poin ini kita tertolong dengan adanya pengakuan dari tokoh-tokoh Timur Tengah, sehingga negara Indonesia bisa berdaulat.
Dukungan untuk kemerdekaan Indonesia ini dimulai dari Palestina dan Mesir, seperti dikutip dari buku ‘Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri” yang ditulis oleh Ketua Panitia Pusat Perkumpulan Kemerdekaan Indonesia, M. Zein Hassan Lc. Buku ini diberi kata sambutan oleh Moh.Hatta (Proklamator dan Wakil Presiden pertama RI), M. Natsir (mantan Perdana Menteri RI), Adam Malik (Menteri Luar Negeri RI ketika buku ini diterbitkan), dan Jendral (Besar) A.H.Nasution.
M.Zein Hassan Lc.Lt, sebagai pelaku sejarah, menyatakan dalam bukunya pada hal.40, menjelaskan tentang peran serta, opini dan dukungan nyata Palestina terhadap kemerdekan Indonesia, di saat negera-negara lain belum berani untuk memutuskan sikap.
Dukungan Palestina ini diwakili oleh Syekh Muhammad Amin Al-Husaini, mufti besar Palestina, secara terbuka mengenai kemerdekaan Indonesia.
“..... pada 6 September 1945, Radio Berlin berbahasa Arab menyiarkan ‘ucapan selamat’ mufti Besar Palestina Amin Al-Husaini (beliau melarikan diri ke Jerman pada permulaan perang dunia ke dua) kepada Alam Islami, bertepatan ‘pengakuan Jepang’ atas kemerdekaan Indonesia. Berita yang disiarkan radio tersebut dua hari berturut-turut, kami sebar luaskan, bahkan harian, “Al-Ahram yang tekenal telitinya juga menyiarkan.” Syekh Muhhamad Amin Al Husaini dalam kapasitasnya sebagai mufti Palestina juga berkenan menyambut kedatangan delegasi “Panitia Pusat kemerdekaan Indonesia” dan memberi dukungan penuh. Peristiwa bersejarah tersebut tidak banyak diketahui generasi sekarang, mungkin juga para pejabat di negeri ini.
Syekh Muhammd Amin Al-Husaini seorang ulama yang kharismatik, mujahid, mufti Palestina yang memiliki perhatian dan kepedulian terhadap kaum muslimin serta negeri-negeri muslim, termasuk Indonesia, walaupun pada saat itu beliau sedang berjuang melawan imperialis Inggris dan Zionis yang ingin menguasai kota Al Quds, Palestina.
Beliau memiliki nama lengkap Muhammad Amin bin Muhammad Thahir bin Mustafa Al-Husaini, gelar mufti Palestina Al-Akbar (Mufti Besar Palestina), lahir di Al-Quds pada tahun 1893. Diangkat menjadi mufti Palestina pada tahun 1922 menggantikan saudaranya Muhammad Kamil Al-Husaini. Sebagai ulama yang berilmu dan beramal, memiliki wawasan yang luas, kepedulian yang tinggi, Syekh Muhammad Amin Al-Husaini mengetahui dan merasakan penderitaan kaum muslimin di Asia dan Afrika, termasuk di Indonesia akibat penjajahan yang dilakukan kaum kolonial.
Dukungan terhadap kaum muslimin dan negeri-negeri muslim untuk merdeka dari belenggu penjajahan senantiasa dilakukan oleh Syekh Muhammad Amin Al-Husaini, termasuk dukungan bagi kemerdekaan Indonesia. Ketika tidak ada suatu negara dan pemimpin dunia yang berani memberi dukungan secara tegas dan terbuka terhadap kemerdekaan bangsa Indonesia, Syekh Muhammad Amin Al-Husaini mufti Palestina menyampaikan selamat atas kemerdekaan Indonesia.
Setelah berjuang tanpa mengenal lelah, Syekh Muhammad Amin Al-Husaini wafat pada tanggal 14 Juli 1974, dimakamkan di pekuburan Syuhada, Al-Maraj, Beirut, Libanon. Kaum muslimin dan tokoh pergerakan Islam menangisi kepergian ulama pejuang, pendukung kemerdekaan Indonesia, mufti pembela tanah waqaf Palestina, penjaga kemuliaan masjid Al-Aqsa.
Bahkan dukungan ini telah dimulai setahun sebelum Soekarno – Hatta benar-benar memproklamirkan kemerdekaan RI. Tersebutlah seorang Palestina yang sangat bersimpati terhadap perjuangan Indonesia, Muhammad Ali Taher. Beliau adalah seorang saudagar kaya Palestina yang spontan menyerahkan seluruh uangnya di Bank Arabia tanpa meminta tanda bukti dan berkata, “Terimalah semua kekayaan saya ini untuk memenangkan perjuangan Indonesia....”
Setelah seruan itu, maka negara daulat yang yang berani mengakui kedaulatan RI pertama kali adalah Mesir pada tahun 1949. Pengakuan resmi Mesir itu (yang disusul oleh negara-negara Timur Tengah lainnya) menjadi modal besar bagi RI untuk secara sah diakui sebgai negara yang merdeka dan berdaulat penuh. Pengakuan itu membuat RI berdiri sejajar dengan Belanda (juga dengan negara-negara merdeka lainnya) dalam segala mecam perundingan dan pembahasan tentang Indonesia di lembaga internasional.

Dukungan Terus Mengalir
Setelah itu, sokongan dunia Arab terhadap kemerdekaan RI menjadi sangat kuat. Para pembesar Mesir, Arab dan Islam membentuk ‘Panitia Pembela Indonesia’. Para pemimpin negara dan perwakilannya di lembaga internasional PBB dan Liga Arab sangat gigih mendorong diangkatnya isu Indonesia dalam pembahasan di dalam sidang lembaga tersebut.
Di jalan-jalan terjadi demontrasi-demontrasi dukungan kepada Indonesia oleh masyarakat Timur Tengah. Ketika terjadi serangan Inggris atas Surabaya 10 Nopember 1945 yang menewaskan ribuan penduduk Surabaya, demontrasi anti Belanda – Inggris merebak di Timur Tengah khususnya Mesir. Sholat ghaib dilakukan oleh masyarakat di lapangan-lapangan dan masjid-masjid di Timur Tengah untuk para syuhada yang gugur dalam pertempuran yang sangat dahsyat itu.
Yang mencolok dari gerakan masa internasional adalah ketika momentum Pasca Agresi Militer belanda ke-1 tanggal 27 Juli 1947. Pada 9 Agustus saat kapal ‘Volendam’ milik Belanda pengangkut serdadu dan senjata telah sampai di Port Said.
Ribuan penduduk dan buruh pelabuhan Mesir berkumpul di pelabuhan itu. Mereka menggunakan puluhan motor boat dengan bendera merah-putih sebagai tanda solidaritas, berkeliaran di permukaan air guna mengejar dan menghalau blokade terhadap motor-motor boat perusahaan asing yang ingin mensuplai air dan makanan unntuk kapal “Volendam” milik Belanda yang berupaya melewati Terusan Zues, hingga kembali ke pelabuhan. Kemudian motor boat besar pengangkut logistik untuk ‘Volandem’ bergerak dengan dijaga oleh 20 orang polisi bersenjata beserta Mr.Blackfield, Konsul Honorer Belanda asal Inggris, dan Direktur perusahaan penngurus kapal Belanda di pelabuhan. Namun hal itu tidak menyurutkan perlawanan para buruh Mesir.
Wartawan ‘Al-Balagh’, pada 10/8/1947 melaporkan, motor-motor boat yang penuh buruh Mesir itu mengejar motor-motor besar itu dan sebagian mereka dapat naik keatas deknya. Mereka menyerang kamar stirman, menarik keluar peutugas-petugasnya, dan membelokan motor boat besar itu kejurusan lain.
Meliht fenomena itu, majlah Time (25/1/1946) dengan nada salib menakut-nakuti Barat dengan kebangkitan Nasionalisme – Islam di Asia dan Dunia Arab. “Kebangkitan Islam di negeri Muslim terbesar di dunia seperti Indonesia akan menginspirasi negeri-negeri Islam lainnya untuk membebaskan diri dari Eropa.
Melihat peliknya usaha Indonesia untuk merdeka, kirannya bangsa Indonesia yang saat ini merasakan nikmatnya hidup berdaulat tidak lantas melupakan peran bangsa Arab, khususnya Palestina dalam membantu perjuangan Indonesia. * (ratman/berbagai sumber)

Sejarah Bogor

Kabupaten Bogor

Sejarah wilayah Bogor tidak bisa lepas dari masa pemerintahan Gubernur Jendral Baron van Imhoff (1743 – 1750). Menurut Salah Danasasmit (Sejarah Bogor, 1983), pada tahun 1744 van Imhoff meninjau Kampung Baru, sebuah wilayah bekas Kerajaan Pajajaran yang terletak di hulu Batavia (sekarang Jakarta-red). Ia merencanakan untuk membangun wilayah tersebut sebagai daerah pertnian dan tempat peristirahatan bagi Gubernur Jenderal. Setahun kemudian, van Imhoff memang kemudian menggabungkan 9 distrik, Cisarua, Pondok Gede, Ciawi, Ciomas, Cijeruk, Sindang Barang, Balubur, Dramaga dan Kampung Baru kedalam satu pemerintahan yang disebut Regentschap Kampung Baru Buitenzorg. Kesatuan inilan yang menjadi cikal bakal Kabupaten Bogor.
Di kawasan itu van Imhoff kemudin membangun sebuah Istana Gubernur jenderal. Sedangkan nama Buitenzorg, yang artinya ‘terlepas dari kesulitan’ menurut Danasasmita sebetulnya berasal dari sebuah nama bangunan sederhana, yang didirikan oleh van Imhoff dilokasi istana itu. Dalam perkembangan berikutnya, nama Buitenzoeg dipakai untuk menunjuk wilayah Puncak, Telaga Warna, Megamendung, Ciliwung, Muara Cihideung, Puncak Gunung Salak dan Puncak Gunung Gede, yang merupakan tempat ideal untuk beristirahat. Tidak diketahui secara pasti apakah nama Buitenzorg itu menjadi asal-usul dari nama Bogor.
Pada zaman pemerintahan Gubernur Jenderal Daendels (1808 – 1811) dn Thomas Stanford Raffles (1811 – 1816) istana Bogor itu diperbaiki. Raffles bahkan kemudian mempercantiknya dengan taman dan kawanan rusanya, serta sebuah Kebun Raya seluas 85 hektar. Raffles pulalah yang kemudian menulis The History of Java, yang bahan-bahnnya dikumpulkannya sendiri ketika ia berkunjung ke berbagai tempat bersejrah di Sumatera, Jawa, Bali dan beberapa pulau di Indonesia. Konon, seperti diungkapkan oleh sahabatnya, Kapten Thomas Otho Travers, Raffles menulis buku tersebut di wilayah sejuk Cisarua.
Hawa sejuk di Kabupaten Bogor memang merupakan andalan bagi industri pariwisata wilayah itu. Dengan luas 2.371,21 kilometer persegi dan memiliki 35 kecamatan (berdasarkan data tahun 2005), Kabupaten Bogor memang menjadi daerah hinterland (pinggiran) bagi Jakarta. Wilayah kabupten itu meskipun hanya 28 persen merupakan dataran tinggi menjadi daerah penyangga banjir bagi Ibukota Jakarta.
Potensi wisata Kabupaten Bogor memang sangat besar. Ada sembilan lokasi unggulan yang menjadi andalan pemda kabupaten yaitu Telaga Warna (Kecamatan Megamendung), Prasasti Ciaruteun (Kecamatan Cibungbulang), Goa Gudawang (Kecamatan Cigudeg), perkemahan di kawasan Gunung Salak (Kecamatan Cibungbulang), Taman Safari Indonesia (Kecamatan Cisarua), PT.Perkebunan Nusantara XII Gunung Mas (Kecamatan Cisarua), rumah makan di sepanjang jalan raya Puncak (Kecamatan Cisarua),air panas Ciseeng (Kecamatan Parung), dan Taman Rekreasi Lido (Kecematan Cijeruk, skrg Cigombong-red)
Dengan latar belakang pemandangan alam yang indah, terutama kebun teh, gunung, atau hutan pinus dan dukungn fasilitas penginapan yang baik, arus wisatawan ke wilayah itu seakan tidak pernah berhenti. Tidak mengherankan kalau data statistik menunjukan bahwa sebagaian besar penginapan di kabupaten itu terkonsentrasi di daerah kawasan wisata. Di Kecamatan Cisarua, misalnya, hingga tahun 1998, dari total 14 hotel berbintang di Kabupaten Bogor, tujuh diantaranya berlokasi di kecamatan itu. Sementara, dari total 109 hotel non bintang, Cisarua memiliki 40 buah. Selain hotel-hotel tersebut, kecamatan ini jug memiliki sekitar 25 fasilitas akomodasi dengan 613 kamar.
Kabupaten Bogor memang dikenal sebgai kawasan wisata. Namun, wisata bukanlah penyumbang utama dari kegiatanekonomi di daerah ini. Lebih dari empat puluh persen kegiatan ekonomi kabupten berpenduduk 3,4 juta jiwa ini ditopang oleh sektor industri pengolahan nonmigas, yang pada tahun 1999 menyumbang Rp.5,5 triliyun. Sementara dari sektor pertanian, kabupaten yang di dalam wilayahnya terdapat Kota Depok dan Kota Bogor ini, menggantungkan hidupnya dari tanaman bahan makanan dan peternakan. * (rt/dari berbagi sumber)

OPINI

Spiritual Perjalanan Berpolitik
Oleh : Didiek Danuatmadja

MEMILIKI – Kesadaran spiritual membuat kita menjadi sangat kreatif dalam batasan untuk memainkan ‘permainan tanpa batas’, serta karakter positif. Tak akan ada kedustaan, intimidasi, saling menghina, mencaci dan pengucapan janji yang berlebihan, yang sangat rawan untuk diingkari.
Saya memaknai spiritualitas sebagai ikatan yang transenden atau adanya unsur ke –Illahiah-an dalam setiap bentuk aktivitas kehidupan. Spiritualitas merupakan inside power, kekuatan yang bersumber dari dalam diri karena keyakinan yang kuat dari sang pemilik kekuatan. Bukan justru dianggap mengebiri potensi manusia sebagaimana yang dikhawatirkan banyak orang. Terutama para kawan yang bergelut di politik.
Jika kita menganalisis berita lokal hingga global, penyebab kehancuran karier politik didominasi kasus kehancuran moral dnmental spiritual. Korupsi, berbagai bentuk skandal, kecurangan, kebohongan, hingga kekejian, politik uang dalam berbagai bentuk manifestasi dan yang bisa dinilai dengan uang, politisasi potensi pada ranah-ranah non politik dan berbagai bentuk lain yang merupakan linieritas dari politik dan kekuasaan. Lebih dramatis lagi ketika berbagai upaya legitimitasi yuridis formal dilakukan untuk ‘menghalalkan’ berbagai tindakan tersebut seperti halnya undang-undang yang justru memberi peluang bagi para politisi oportunis untuk melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme.
Peran lawan politik, masyarakat atau institusi apapun dalam membongkar kebobrokan moral bukanlah suatu sebab yang dapat disalahkan atau dibenarkan. Mesikpun tidak dapat dipungkiri adanya latar belakang yang sarat kepentingan dalam setiap upaya ‘pelurusan’ atas nama penegakan hukum. Toh kenyataannya, masih banyak sekali kasus-kasus dalam proses hukum yang belum tuntas sedangkan prosesnya telah menyita banyak waktu, energi dan beberapa sumber daya.
Saat ini saja, kita juga semakin disesakan pada realita yang menjauhkan masyarakat dari kedewasaan politik. Setiap mendekati dilaksanakannya pesta demokrasi, justru semakin sering kita disuguhi realitas kasus saling sikut, saling menjatuhkan, menggilas,bahkan membantai tanpa ada kepedulian meski dengan saudara sekubu. Dari tindakan pelanggaran ringan sampai kriminalitas sudah merupakan kewajaran dan cukup fenomenal. Visi danmisis institusi politik justru menjadi satu hal yang absurd setelah kepentingan individu-individu di dalamnya yang secara vokal menyatakan memiliki loyalitas, dedikasi dan komitmen untuk partai. Partai pun kini menjadi nomor dua, apalagi rakyat yang akan menduduki nomor ke sekin. Jalan seperti ini yang diyakini benar dan dapat menghantarkan mereka ke kursi terhormat yang makin menjadi impian.

Penempelan Stigma
Dan bukan suatu yang salah total jika pada akhirnya stigma menempel di diri sebagian besar pelaku politik di negeri ini, meskipun tidak dapat dipungkiri, bagaimana politik dan dinamikannya dibangun memberikan konstribusi besar dari perwjajahan politik yang dibawanya.
Kebenaran yang dianut dan tanpa dasar kecuali sebatas impian dan kepentingan individu sudah bisa dipastikan ibarat menyiapkan terbukanya pintu kehancuran. Kesadaran ini tidak akan pernah sampai pada diri seseorang hingga kehancuran itu datang tanpa bisa dipastikan kapan waktunya.
Setebal dan setipis apakah kesadaran spiritualitas ini pada setiap pelaku politik kita saat ini, jika pada kenyatannya seperti itu. Sebenarnya memiliki kesadaran spiritual membuat kita menjadi sangat kreatif dalam batasan untuk memainkan ‘permainan tanpa batas’ (meminjam istilah Aria Dinata), serta karakter positif. Tidak akan ada kedustaan, intimidasi, saling menghina dan mencaci, serta mengucapkan janji yang berlebihan yang sangat rawan untuk diingkari.
Kesadaran ini akan menjadikan hati kita menjadi sangat tajam dan memegang teguh moralitas, sebuah kemampuan yang sangat diperlukan untuk membaca berbagai fenomena sosial yang terus bergulir ditengah masyarakat, dan kemudian menyikapinya dalam tindakan yang tidak membodohi dan merugikan rakyat. Karena rakyat hanya membutuhkan pemimpin dan wakil yang sangat mengerti kebutuhan-kebutuhan mereka serta memiliki komitmen yang tinggi pada mereka. (*)

*) Penulis adalah pemerhati maslah sosial dan politik.
Direktur Eksekutif Kelompok Studi dan Fiksi Indonesia, Jakarta