Email

# Email Redaksi : parahyanganpost@yahoo.co.id, parahyanganpostv@gmail.com - Hotline : +62 852 1708 4656, +62 877 7616 1166

Selasa, 04 Agustus 2009

Wisata Religi

Khitanan, Warisan Sunan Rahmat Suci yang Masih Lestari

Sebelum dikhitan mereka dimandikan ditiga mata air, Cikawedukan, Cikahuripan dan Cikajayaan

Untuk mengislamkan masyarakat di sekitar Godog tidaklah mudah karena umumnya mereka mempunyai ilmu kebal yang tidak mempan senjata tajam. Sementara sebagai tanda mereka masuk Islam adalah mereka harus dikhitan, yakni memotong bagian ujung alat reproduksi kaum laki-laki
Bagaimana Sunan Rahmat Suci bisa melakukannya? Itulah hebatnya Sunan Rahmat Suci. Beliau mampu menaklukkan ilmu kebal yang dimiliki masyarakat dengan alat khitan yang bernama ngalungsur.
Namun sebelum dikhitan dengan ngalungsur mereka dimandikan di tiga mata air yang berbeda, yakni di Cikawedukan, Cikahuripan dan Cikajayaan. Ketiga mata air tersebut terdapat di kaki Gunung Suci.
Mata air Cikawedukan (weduk artinya kebal) berfungsi untuk menghilangkan semua ilmu kebal yang ada pada masyarakat ketika itu. Jadi semua orang yang akan disunat dimandikan terlebih dahulu untuk menghilangkan semua ilmu kebal yang ada padanya.
Setelah itu mereka dimandikan di mata air Cikahuripan. Hurip adalah kebebasan atau pembebasan. Artinya mereka telah terbebas dari kebodohan masa lalu yang membelenggu dirinya dan bisa menghirup udara bebas.
Setelah bebas dan mendapatkan pencerahan, maka mereka pun butuh kejayaan atau kemuliaan. Makanya mereka pun di mandikan di mata air Cikajayaan. Jaya artinya mulia.
Setelah dimandikan di tiga mata air itu barulah mereka dikhitan dengan alat yang bernama ngalungsur.
Tradisi ini masih berlangsung sampai sekarang. Setiap anak yang akan dikhitan, terutama pada Bulan Maulud saat diadakan sunatan massal, mereka berziarah terlebih dahulu ke makam Sunan Rahmat Suci kemudian dimandikan dan baru disunat.
Hanya saja mata air Cikawedukan tidak dipakai lagi karena masyarakat sekarang tidak mempunyai ilmu kebal. Jadi mereka cuma mandi dua mata air saja, yakni Cikahuripan dan Cikajayaan.
Dijelaskan juru kunci makam Bapak Ahmad Syarifudin, barokah yang didapat bukan berasal dari airnya, tetapi dari Allah semata. Air itu cuma media. Barokahnya tetap dari Allah SWT. Hal ini selalu dijelaskannya kepada seluruh peziarah untuk menghilangkan sikap syirik. Jangan sampai ada peziarah yang meminta kepada air tersebut. Kalau itu yang terjadi maka mereka sudah berbuat syirik kepada Allah SWT.* (Ismail Lutan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar