Email

# Email Redaksi : parahyanganpost@yahoo.co.id, parahyanganpostv@gmail.com - Hotline : +62 852 1708 4656, +62 877 7616 1166

Selasa, 04 Agustus 2009

Syiar

Ibarat Buih
Oleh : Jarjani Usman

“Akan datang suatu masa dalam waktu dekat, bangsa-bangsa (selain umat Islam) bersatu untuk mengalahkan kamu seperti sekumpulan manusia yang berkerumun memperebutkan hidangan makanan di sekitar mereka.” (HR.Bukhari dan Muslim)


MENDENGAR – Pernyataan Rasulullah seperti itu, shabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah itu karena kita (umat Islam) pada waktu itu sedikit ?”
Rasulullah menjawab, “Bukan, bahkan kamu pada waktu itu adalah golongan yang banyak, tetapi kualitas kamu pada waktu itu bagaikan buih-buih di lautan yang terbawa arus air. Allah telah mencabut rasa takut dari hati musuhmu terhadap kamu dan Allah mencampakan perasaan “Wahn” kedalam hati kamu,”. Sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apa itu “Wahn ?” Rasulullah menjawab, “Cinta dunia dan takut mati.”
Kiranya demikianlah keadaan kita (umat Islam) hari ini. Persis seperti buih di lautan. Lebih-lebih kalau menengok keadaan umat Islam di Palestina. Mereka yang hidup di negara yang dikelilingi negeri muslim, babak belur dihancurkan. Tidak ada ketakutan dari bangsa-bangsa (musuh-musuh Islam-red) untuk menyerang umat Islam, bahkan dengan cara membabi buta. Badan-badan dunia yang ikut dibangun, dibiayai, dan dipekerjakan umat Islam pun tak mampu berkutik untuk membantu mencegah, meskipun atas nama kemanusiaan.
Kalau begitu, tak salah lagi. Kita sedang menderita penyakit yang lebih mematikan dari penyakit AIDS. Yaitu, penyakit ‘Wahn’ (cinta dunia). Penyakit AIDS hanya menimbulkan kematian ribuan di seluruh dunia, namun penyakit Wahn menimbulkan kematian puluhan ribu dalam satu negara saja. Sayangnya, di saat jutaan orang, termasuk umat Islam, berusaha menyembuhkan penyakit AIDS, hanya satu dua orang yang berusaha menyembuhkan penyakit Wahn yang diderita umat Islam. Sedangkan jutaan lainnya ikut menambah parah penyakit ini. (*)

Hikmah

Do’a Mustajab

Manusia dalam perjalanan hidupnya sudah barang tentu akan mengalami permasalahan-permasalahan dan tidak ada manusia yang tidak mempunyai permasalahan dalamhidupnya. Permasalahan yang timbul ada yang dapat diatasi sendiri dan ada pula yang tidak dapat diatasi oleh dirinya sendiri maupun dengan bantun orang lain. Untukitu sebagai jalan terakhir adalah dengan memohon kepada Allah SWT mellaui do’a. Dan sudah menjadi sifat dari manusia apabila berdo’a selalu menginginkan doanya mustajab, artinya segera dikabulkan oleh Allah SWT.
Mustajab atau diterimanya suatu do’a tergantung 2 hal yaitu :
Pertama, Tempat, dimana doa itu dilkukan. Dan Kedua, Waktu, kapan do’a itu dilaksanakan. Tempat-tempat yang do’anya mustajab berada di tanah suci Mekah Al Mukaromah dan Madinah Al Munawaroh, seperti di Multazam, Hijr Ismail, Maqam Ibrahim, Padang Arafah, sewaktu wukuf haji, Raudah Masjid Nabawi dan banyak tempat-tempat lain di tanah suci Mekah.
Mengenai waktu yang mustajab untuk berdo’a adalah sewaktu berpusa, baik puasa wajib amupun puasa sunnah, waktu sujud terakhir dalam shalat maupun berdo’a di malam hari. Namun demikian berdoa tidak terbatas pada waktu-wktu ini saja. Kapanpun manusia dianjurkan untuk berdo’a kepada Allah SWT. Diantara waktu yang mustajab seperti disampaikan diatas, telaahan lebih lanjut adalah keutamaan berdo’a pada malam hari. Doa pada malam hari mempunyai nilai lebih dibandingkan dengan waktu siang.
Di dalam suatu hadist yang diriwayatkan oleh Muslim dari Jabir bin Abdullah, Rasulullah SAW bersabda : “Pada setiap malam ada suatu waktu dimana Allah SWT akan mengabulkan doa kebaikan yang dipanjatkan oleh hamba-hamba-Nya yang muslim, baik doa itu terkait dengan urusan dunia maupun urusan akhirat.”
Ada beberapa keutamaan kenapa potensi doa malam hari lebih besar untuk dikabulkan Allah SWT. Pertama, pada waktu malam rahmat Allah SWT turun ke dunia mencari-cari orang yang terjaga sambil berdo’a. Rahmatnya turun ke dunia pada setiap malam hari utamanya pada sepertiga malam terakhir.
Di dalam hadist Qudsi, Allah SWT berfirman : “Siapa yang berdoa kepada-Ku pasti akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku pasiti Aku beri. Dan siapa yang meminta ampunan pad-Ku pasti akan aku berikan.” (HR Muslim dari Abu Hurairah).
Kedua, suasana malam yang gelap, sepi, hening menjadi faktor pendukung seseorng untuk lebih berkonsentrasi (khusyuk) dalam setiap lantunan do’anya. Doa sebagai sarana hubungan langsung anara seorang hamba dengan Tuhannya,mutlak membutuhkan suasana yang baik, baik dalam diri hamba maupun sekitarnya. Itulah salah satu sebab kenapa Rasulullah SAW sebelum dilantik menjadi Nabi dan Rasul sering menyendiri di kesunyian dan kesenyapan Gua Hira.
Ketiga, waktu malam hakikatnya Allah SWT jadikan sebagai waktu luang manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT secara total. Jika sebagian orang tersibukan dengan urusan-urusan duniawi pada waktu siang, waktu malam menjadi waktu yang tepat untuk menyingkirkan urusan-urusan duniawi dan beralih ke urusan ukhrawi.
Allah SWT berfirman dalamAl Qur’an surat Al-Isra ayat : 79, yang artinya :
“Bertahajudlah kalian pada sebagaian malam sebagai sunah kalian. Semoga Tuhan membangkitkan kalian ditempat yang terpuji.”

Makna tersirat waktu malam harus dimaksimalkan sebagai amal pendekat (taqarub) kepada Allah SWT secara total.Allah SWT menjadikan waktu malam sebagai waktu mustajab dikabulkan do’a. Wallahu ‘alam. * (dbs/H.Edy Turmudy)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar