Email

# Email Redaksi : parahyanganpost@yahoo.co.id, parahyanganpostv@gmail.com - Hotline : +62 852 1708 4656, +62 877 7616 1166

Kamis, 09 Desember 2021

PBI-UHAMKA Kampanyekan Pengobatan Islami.

JAKARTA (Parahyangan Post) -  Pengobatan thibbunabawi  semakin diterima dan berkembang di kalangan masyarakat seiring dengan kesadaran umat Islam akan pentingnya kesehatan.

Pasalnya, selain diakui mahalnya pengobatan konvensional di samping efeknya bagi tubuh yang kurang baik, umat Islam di Indonesia kini mulai luas mengkonsumsi herbal alami serta metode pengobatan thibbunabawi baik sebagai upaya pencegahan maupun solusi bagi penyakit yang diderita.

Guna  terus mendorong kesadaran umat untuk mengikuti pola hidup sehat ala Rasulullah, Perkumpulan Bekam Indonesia (PBI) dan Kampus UHAMKA menggelar Seminar Kesehatan Nasional bertajuk "Kesehatan dalam Perspektif Islam," pada Kamis 2 Desember 2021.  Seminar yang digelar secara webinar dipandu Dr. Aris Aminullah ini menghadirkan narasumber Ketua Asosiasi PBI, dr. Zaidul Akbar dan Pakar Hadist UHAMKA, Ustadz Dr. Muhib Rosyidi ini diikuti 1.000 peserta.

Menurut Zaidul Akbar, ajaran Islam sangat memberi perhatian pada pentingnya muslim yang sehat dan kuat.  Karena itu, hanya dengan kembali kepada protokol kesehatan yang ada di Al Qur'an dan Sunnah, maka kita akan tumbuh menjadi manusia yang sehat.

Dokter asal Jambi ini menceritakan kepada pasiennya bahwa sakit adalah ujian dan nikmat dari Allah SWT. Ujian ini perlu agar mereka bisa  naik kelas. Sehingga dari situ mereka akan meningkatkan lagi iman mereka sehingga dari situ mereka akan memperbaiki diri mereka. 

“Jadi, penyakit tidak hanya dilihat secara fisik tapi penyakit juga merupakan cara Allah SWT untuk membuat orang yang sakit lebih dekat kepadaNya,” imbuh dokter tiga anak ini.

Ziadul menegaskan, bahwa pola makan adalah sumber dari segala penyakit. Artinya, jika seseorang terkena penyakit pasti ada sesuatu yang salah dengan apa yang dimakannya setiap hari. “Jadi, kita menyarankan kepada mereka untuk memperbaiki pola makan”,  lanjutnya.

Menjawab pertanyaamn peserta, dr. Zaidul mengatakan, meski Al Qur'an dan Sunnah Nabi sudah banyak menjelaskan soal pentingnya menjaga kesehatan tetapi mayoritas umat masih bermasalah dengan kesehatannya itu terjadi karena umat ini melanggar apa yang Allah telah umumkan dalam Al Qur'an.

“Kita sakit karena tidak mengikuti petunjuk yang ada di Al Qur'an dan apa yang dijalankan oleh Nabi sebagai panduan kita. 50% pemicu penyakit ini bermula dari pola makan kita, maka anjuran dalam Islam adalah "Makan minumlah dan jangan berlebih-lebihan,” paparnya.

Mengutip Surat  Al-A'raf ayat 31 disitu tertulis “Makan dan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan,” paparnya. 

“Solusinya, ya ikuti anjuran Al Qur'an dan praktek sehat hidup ala Nabi,” tegasnya.

Caranya, lanjut Zaidul, yaitu dengan mencontoh pola makan dan gaya hidup sang teladan, Rasulullah SAW. Rasul selalu memakan buah sebelum makan makanan besar. Rasul juga tidak pernah makan hingga kenyang. Dalam pola makannya, Rasul selalu membagi porsi lambungnya untuk makanan padat, cairan, dan gas, sehingga makanan yang ia makan hanya 1/3 dari kemampuan maksimal lambungnya.

Ketika sakit, pasien pun tidak diberi obat kimia. Zaidul lebih menganjurkan untuk berbekam yang memang rutin dijalankan oleh Rasul. Setelah itu, kalau dimungkinkan, diberi juga herbal.

“Prinsipnya adalah bagaimana selain kita menyentuh aspek kejiwaan dan aspek ruhiyah dari pasien tadi, kita juga memberikan herbal juga terapi yang cocok sesuai dengan apa yang mereka keluhkan,” kata Zaidul yang gencar mempromosikan pengobatan herbal di kanal youtubenya.

Selain berbekam, lanjutnya, kita pun harus mulai mendisiplinkan diri untuk memanfaatkan puasa sunah, tahajud, bahkan sedekah.

Senada dengan dr. Zaidul,  dalam sambutan pembukaannya, Rektor UHAMKA Prof. Dr. H. Gunawan Suryoputro, M.Hum juga menegaskan bahwa kesehatan dalam perspektif Islam memiliki dimensi profetis yang bersumber dari Al-Qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW.

Ditemui usai acara Seminar Nasional,  Ketua panitia kegiatan seminar Yulia Asih dari PBI menyampaikan  bahwa seminar ini memiliki semangat untuk terus mencari titik integrasi antara ilmu kesehatan modern dengan warisan luhur ilmu kesehatan Islam yang populer dengan sebutan Thibbun Nabawi.  Karena baik secara teoritis maupun praktek ternyata banyak sekali kecocokan dan bahkan bersifat komplementer, saling melengkapi satu sama lain. Sehingga pandangan-pandangan dikotomis yang merenggangkan jarak keduanya akan semakin menyempit dan diharapkan dapat membantu meningkatkan kesehatan masyarakat secara umum.

“Perkumpulan Bekam Indonesia (PBI) dan UHAMKA memiliki semangat yang sama untuk mengusung tema ini agar semakin luas diterima masyarakat Indonesia,” pungkasnya.

(Laporan :  Joko Priambodo/PP)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar