Email

# Email Redaksi : parahyanganpost@yahoo.co.id, parahyanganpostv@gmail.com - Hotline : +62 852 1708 4656, +62 877 7616 1166

Selasa, 11 Januari 2011

Pengguna Napza Suntik Berisiko Tertular HIV

AIDS merupakan gejala menurunya kekebalan tubuh akibat HIV. Pertumbuhan kasus HIV pada pecandu Narkoba khususnya pengguna jarum suntik IDU (Injection Drug User) semakin cepat. Delapan puluh delapan persen kasus HIV di Indonesia adalah pengguna napza suntik. Enam sampai sembilan dari sepuluh pecandu napza suntik memiliki kemungkinan tertular HIV.

Berdasarkan data terakhir kasus HIV dan AIDS di Indonesia menunjukan bahwa 49 persen penularan virus HIV disebabkan oleh perilaku seks dari hubungan heteroseksual dan 40 persen disebabkan oleh pemakaian jarum suntik pengguna narkoba.

Di DKI Jakarta, hampir 70 persen penularan virus HIV disebabkan oleh pemakaian jarum suntik secara bergantian oleh para pengguna narkoba, 20 persennya disebabkan oleh perilaku seks bebas dan seks menyimpang, dan satu persennya lagi disebabkan oleh pertukaran (transfusi) darah.

Rata-rata orang yang terinfeksi virus HIV dan AIDS berusia antara 19 – 25 tahun. Angka kumulatif kasus HIV dan AIDS di DKI Jakarta dari tahun 1987 sampai Agustus 2010 sebanyak 7.018 kasus. Sepanjang tahun 2010 ada 1.238 kasus, 603 kasus berasal dari penularan jarum suntik pengguna narkoba. Bahkan yang lebih mengejutkan sebagaimana data yang dirilis Komisi Penanggulangan AIDS Propinsi DKI Jakarta berdasarkan data pekerjaan sepanjang tahun 2010, Ibu Rumah Tangga menduduki angka tertinggi yaitu sebanyak 143 orang.

Menurut Rohana Manggala, selaku Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Porpinsi (KPAP) DKI Jakarta, ‘HIV dan AIDS merupakan isu bersama, untuk itu upaya pencegahannya akan semakin terasa manfaatnya apabila dilakukan bersama-sama, baik oleh pemerintah, swasta, LSM maupun masyarakat. Untuk itu KPAP DKI Jakarta bekerjasama dengan Yayasan Unilever dan Yayasan Cinta Anak Bangsa, senantiasa memberikan pemahaman kepada masyarakat akan pentingnya berperilaku hidup bersih dan sehat untuk mencegah peyebaran virus HIV.

Selain itu, lanjut Rohana, melihat perkembangan penularan HIV yang begitu pesat khususnya di DKI Jakarta, kita semakin bertekad untuk mampu menuntaskan target yang kita inginkan. Minimal mampu memperdayakan orang-orang yang sudah terinfeksi untuk tetap optimis hidup layak dan memiliki akses yang seluas-luasnya terutama bagi usia 19-25 tahun terhadap perolehan pendidikan yang lengkap. * (ratman/pp)

Sekilas Tetang KPAP DKI Jakarta

Komisi Penanggulangan AIDS Propinsi DKI Jakarta, sebuah organisasi non struktural yang dipimpin oleh Gubernur Prop.DKI Jakarta selaku Ketua KPA Propinsi. Memiliki visi, Jakarta sehat terhindar HIV/AIDS, sedengkan misinya, meningkatkan kesadaran masyarakat akan resiko penularan HIV agar terbentuk perilaku aman untuk terhindar dari HIV dan IDS.

Menyediakan pelayanan HIV dan IDS yang komprehensif dan berkesiambungan. Menyediakan dukungan terhadap Orang Dengan HIV/AIDS agar mereka bisa hidup layak tanpa stigma dan diskriminasi. Mencegah dan mengurangi penularan HIV, meningkatkan kulaitas hidup ODHA serta menguragi dampak sosial dan ekonomi akibat HIV pada individu, keluarga dan masyarakat. Mencegah 16.000 kasus infeksi HIV pada tahun 2010 dan 36.000 pada tahun 2012.(*)

Tip’s

Pecandu narkoba suntik sangat beresiko tertular HIV dan AIDS, Hepatitis B dan C. Jika belum mampu berhenti menggunakan Napza suntik, perhatikan kebersihan peralatan suntiknya,agar terhindar dari abses pendarahan ataupun dampak lain yang membahayakan tubuh. Penggunaan lebih dari satu jenis obat dapat menyebabkan over dosis (OD).

Pecandu narkoba suntik bisa mengurangi resikonya jika ada dukungan dari kita semua dengan tidak mendiskriminasikan mereka. Berhentilah menggunakan Napza suntik. (*)

Sinta Kaniawati, General Manager Yayasan Unilever Indonesia

Edukasi Untuk Kalangan Muda

Jakarta Stop AIDS (JSA) merupakan sebuah program kemitraan selama lima tahun dari Yayasan Unilever Indonesia, Yayasan Cita Anak Bangsa dan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Prop.DKI Jakarta yang fokus kepada program pencegahan primer kepada siswa/siswi SMP/SMA.

Menurut Sinta Kaniawati,selaku General Manager Yayasan Unilever Indonesia disela-sela pres konfrensi menyambut hari AID sedunia di Jakarta beberapa waktu lalu,mengatakan bahwa sampai tahun 2009, JSA telah mengedukasi 30 SMP/SMA di Jakarta Pusat. Dan pada tahun 2010 sudah menjangkau 50 SMP/SMA, untuk 5 (lima) tahun kemitraan, JSA memiliki target untuk menjangkau 400 SMP/SMA.

PT.Unilever sendiri,lanjut Sinta telah meluncurkan program peduli/awareness HIV AIDS sejak tahun 2003. Pada peringatah hari AIDS sedunia, Desember 2010 kali ini, merupakan tahun ke 10 (sepuluh) tahun Yayasan Unilever Indonesia aktif dalam program peduli HIV dan AIDS.

Kampanye HIV AIDS preventio program ditujukan pada seluruh masyarakat Indonesia, khususnya bagi remaja yang dalam hasil penelitian menunjukan prevelensi yang tinggi.

Fokus edukasi kepada kaum muda,diakui Sinta Kaniawati bertujuan agar remaja sadar akan pentingnya memiliki penetahuan yang benar tentang HIV dan AIDS serta Narkoba, tahu penularan dan pencegahannya. Kemudian peduli untuk menginformasikannya kepada lingkungan di sekitar mereka,jelasnya. Disisi lain Sinta juga menegaskan agar para remaja tahu bagaimana bersikap dan menerima Orang Dengan HIV dan AIDS (ODHA). * (ratman/pp)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar